Minggu, 29 Maret 2015

Laku pandai ! Layanan bank nirkantor


WELCOME OH TEKNOLOGI !
 
“Jangan sedih nak hanya karena mempunyai wajah tidak cantik begitu kamu lahir di dunia ini yang penting lengkap sebagai manusia ada tangan, kaki, mata hidung dan lain-lainnya lengkap”, bagitu ucapan dari seorang Ayah menasehati anak perempuannya yang mempunyai wajah biasa-biasa saja.“Maksud ayah apa? Apakah aku bisa mempunyai wajah cantik seperti Cinderella atau bintang film korea?”, tanya anak perempuannya. “Itu yang Ayah maksudkan, dengan teknologi jaman sekarang wajah kamu bisa dibentuk sesuai apa yang kamu mau. Mau cantik dengan hidung mancung, pipi tirus, dagu lancip dan mata lebih bulat semua bisa dilakukan dengan teknologi  operasi wajah yang sudah sangat sempurna dan kamu bisa cantik serupa dengan artis korea-korea itu”, ujar sang Ayah menerangkan kepada putrinya.

Betul  di jaman era sekarang ini dan kedepannya dengan teknologi yang berkembang perilaku orang-orang akan berubah dan kita harus menyadarinya karena mau tak mau kita hidup sudah masuk dalam jaman era teknologi maju. Teknologi IT (digital) khususnya berkembang begitu pesat layaknya mengedipkan mata saja dimana semalam tidak ada tetapi besok paginya sudah punya teknologi IT yang terbaru misalnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan pekerjaan manusia. Dalam dunia perbankan teknologi IT akan menguasai operasional dan pemasaran dunia perbankan. Bank yang tidak mempunyai teknologi IT yang mumpuni akan mulai pelan-pelan di tinggalkan oleh nasabah untuk melakukan tranksaksi perbankannya.

Di seminggu terakhir ini dunia perbankan diramaikan dengan munculnya layanan perbankan nirkantor (branchless banking) atau dinamakan oleh OJK “Laku pandai” yaitu layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif. Dalam laku pandai ini pihak ketiga atau agen dimana bisa pedagang atau masyarakat dapat menjadi kepanjangan tangan bank dalam melayani nasabah bank untuk melakukan transaksi keuangan. Saat ini transaksi yang ada adalah pengisian pulsa telepon seluler dan pembelian pulsa listrik (prabayar dan pascabayar), pembukaan rekening dan setor tunai tabungan. Bahkan kedepannya para agen laku pandai ini dapat melayani kredit. Ini adalah Inovasi dalam dunia perbankan!  Kenapa? Karena akan merubah perilaku masyarakat kita, yang biasanya tidak melek teknologi digital tetapi sekarang akan melek digital dan sasarannya adalah pedagang kecil di pasar-pasar dan masyarakat penggiat ekonomi desa. Bagi saya ini “sesuatu yang luar biasa” karena mengaplikasikan kepada masyarakat kecil terlebih dahulu dimana mereka adalah populasi terbesar di negara kita.  Bagi saya yang menjadi tidak luar biasa heran adalah pada saat Bank Mandiri memiliki Direktur Utama yang mempunyai latar belakang dari orang Consumer Banking bukan dari bagian Corporate karena biasanya ada tradisi yang menjadi Dirut bank adalah selalu mereka yang mempunyai latar belakang Corporate. Tetapi ternyata sang Dirut adalah  ahli teknologi dan seorang visioner dalam dunia IT.  Maaf ini hanya pemikiran saya saja karena berita-berita yang muncul selalu Dirut bank Mandiri yang digandeng OJK dan pemerintah dalam memasyarakatkan kampanye bank nirkantor ini.

Kembali kepada topik diatas lantas bagaimana perilaku kita sendiri sebagai orang yang bergerak di dunia bank apakah kita telah siap dengan perubahan ini? Atau kita akan sebagai konsumen saja sama seperti pedagang yang menjadi agen laku pandai? He-he. Selalu ada pilihan dan pilihannya terserah anda karena siap tidak siap kita sudah masuk dalam era digital.  Welcome digital!.

Happy Selling !

Selasa, 03 Maret 2015

Logika Berpikir !


 TEMUKAN POLANYA!


What’s the next line…

      2233355688889

      223325164819

      22231215111614181119

 ________________________

Pertanyaannya adalah anda diminta untuk mengisi angka-angka selanjutnya di bawah garis setelah baris ketiga. Bisakah? Dapat angkanya berapa saja? Pertanyaan ini saya sampaikan bulan Februari lalu kepada peserta training Basic Investment di Pekanbaru dihadapan RO (Relationship Officer), CS (Customer Service) dan Pimpinan Capem. Lima menit waktu yang diberikan tidak ada yang jawab, mereka kutak kutik angka agar dapat jawabannya. Waktu ditambah tiga menit lagi! Masih belum ada yang jawab. Kemudian saya katakan “Kisi-kisinya adalah tolong baca angkanya apakah ada pola disana, dan bagaimana bekerjanya” Satu menit sebelum saya tutup ada seorang CS yang berani maju dan mulai memberikan jawaban angka demikian: 3213111211153116111411183119 Nah, ini adalah jawaban yang betul. 


Bagaimana itu bisa terjadi terlihat ada polakah disana? Mari kita lihat baris ketiga, angka 2 nya ada 3 dan subjeknya adalah 2 maka ditulis 32, kemudian angka 3 nya ada 1 dan subjeknya adalah 3 maka ditulis 13, selanjutnya angka 1 nya ada 1 dan subjeknya adalah 1 maka ditulis 11, selanjutnya angka 2 nya ada 1 dan subjeknya adalah 2 maka ditulis 12 selanjutnya saya pikir anda sudah bisa lanjutkan dan ketemu angka seperti diatas. Ya betul jika kita sudah ketemu polanya maka kita akan mudah dapat menebak angka selanjutnya. Ini masalah logika matematika bukan hitung-hitungan yang rumit bukan “rocket science”.

Matematika adalah ilmu pasti, mungkin itu yang sering kita dengar dari guru kita. Padahal itu belum tentu karena matematika sebetulnya adalah ketidakpastian. Nah lo, contohnya satu ditambah satu sama dengan dua itu betul jika bilangan persepuluhan tetapi satu ditambah satu jika bilangan biner hasilnya tentu bukan dua. Kata para ahli matematika, matematika adalah bahasa saja. Ia hanya lambang-lambang saja yaitu + (tambah), - (kurang), = (sama dengan), dan sebagainya. Ini jika dipahami orang maka matematika adalah sama seperti bahasa sehingga logika berpikir orang yang membacanya akan sama dan timbul kesepakatan yang sama juga.

 Logika akan berjalan jika ada pola yang sama dan kejadian yang berulang sehingga memudahkan orang akan membacanya. Contoh kemacetan di pagi hari saat orang pergi ke kantor akan berbeda pada siang harinya yang tidak macet. Dan macetnya pun akhirnya bisa kita hitung antara 10 menit hingga 15 menit setiap harinya. Kenapa kita bisa hitung? Karena ada polanya.

Saya ungkapkan saat kami susun PTP di BMD pertama kali tiga tahun yang lalu, kami belum tahu berapa target kredit yang pas buat anak-anak marketing? Berapa besar target untuk PRK dan berapa besar untuk Akseptasinya. Apakah sudah ada target PTP sebelumnya? Tidak ada. Lantas bagaimana cara menetapkan target per masing-masing marketing. Cari polanya (pasti ada pola, hanya belum teratur) yaitu hitung berapa banyak jumlah cabang dan berapa orang jumlah marketing per orangnya. Kemudian lihat kue target secara nasional berapa besar yang diinginkan Direksi. Nah, jika sudah tahu kue target nya maka mudahnya adalah tinggal di bagi ke masing-masing target individu marketing cabang. Karena belum ada historisnya maka jadikan angka target per masing-masing marketing adalah sama yaitu 2 milyar target kredit per orang per bulan tanpa dibedakan segmen, golongan dan kelas cabangnya. Kenapa angka 2 milyar muncul karena dibuatkan simulasi sehingga secara nasional total angka target akan di dapat. Target sementara dibuat “komunis” yaitu sama untuk semua marketing. Di sinilah terjadi pola yang bisa diukur. Dalam perkembanganya kini karena sudah tahu polanya maka kami bersama Divisi Marketing tidak terlalu sulit mengukur dan membuat simulasi target PTP berdasarkan segmen, golongan, kelas cabang dan produk apa saja yang dijual dengan detail.

 Begitupun perhitungan KPI yang dibuat berdasarkan pola yang ada misalnya mengukur berapa jumlah training yang kita ikuti, yaitu bukan berapa banyak ikut training tapi adalah jumlah jam training yang dihitung dimana 1 hari adalah 8 jam (man days) jika trainingnya hanya dapat 4 jam berarti banyaknya training anda adalah ½ hari. Artinya semuanya bisa dihitung semua bisa diukur semua bisa ditebak jika kita tahu polanya. Oleh karena itu perhatikan pola bekerja anda dan lihat bagaimana pola bisa bekerja apakah anda bisa ukur diri anda sendiri jika pipeline yang dihasilkan selama satu bulan hanya 1 saja sementara teman marketing lain bisa closing 5. Jika ini terjadi ada yang salah dari pola kerja anda oleh karena itu tugas anda sebagai marketing adalah untuk temukan pola kerja anda. Bisa ‘kan?

Happy Selling !