Selasa, 03 Maret 2015

Logika Berpikir !


 TEMUKAN POLANYA!


What’s the next line…

      2233355688889

      223325164819

      22231215111614181119

 ________________________

Pertanyaannya adalah anda diminta untuk mengisi angka-angka selanjutnya di bawah garis setelah baris ketiga. Bisakah? Dapat angkanya berapa saja? Pertanyaan ini saya sampaikan bulan Februari lalu kepada peserta training Basic Investment di Pekanbaru dihadapan RO (Relationship Officer), CS (Customer Service) dan Pimpinan Capem. Lima menit waktu yang diberikan tidak ada yang jawab, mereka kutak kutik angka agar dapat jawabannya. Waktu ditambah tiga menit lagi! Masih belum ada yang jawab. Kemudian saya katakan “Kisi-kisinya adalah tolong baca angkanya apakah ada pola disana, dan bagaimana bekerjanya” Satu menit sebelum saya tutup ada seorang CS yang berani maju dan mulai memberikan jawaban angka demikian: 3213111211153116111411183119 Nah, ini adalah jawaban yang betul. 


Bagaimana itu bisa terjadi terlihat ada polakah disana? Mari kita lihat baris ketiga, angka 2 nya ada 3 dan subjeknya adalah 2 maka ditulis 32, kemudian angka 3 nya ada 1 dan subjeknya adalah 3 maka ditulis 13, selanjutnya angka 1 nya ada 1 dan subjeknya adalah 1 maka ditulis 11, selanjutnya angka 2 nya ada 1 dan subjeknya adalah 2 maka ditulis 12 selanjutnya saya pikir anda sudah bisa lanjutkan dan ketemu angka seperti diatas. Ya betul jika kita sudah ketemu polanya maka kita akan mudah dapat menebak angka selanjutnya. Ini masalah logika matematika bukan hitung-hitungan yang rumit bukan “rocket science”.

Matematika adalah ilmu pasti, mungkin itu yang sering kita dengar dari guru kita. Padahal itu belum tentu karena matematika sebetulnya adalah ketidakpastian. Nah lo, contohnya satu ditambah satu sama dengan dua itu betul jika bilangan persepuluhan tetapi satu ditambah satu jika bilangan biner hasilnya tentu bukan dua. Kata para ahli matematika, matematika adalah bahasa saja. Ia hanya lambang-lambang saja yaitu + (tambah), - (kurang), = (sama dengan), dan sebagainya. Ini jika dipahami orang maka matematika adalah sama seperti bahasa sehingga logika berpikir orang yang membacanya akan sama dan timbul kesepakatan yang sama juga.

 Logika akan berjalan jika ada pola yang sama dan kejadian yang berulang sehingga memudahkan orang akan membacanya. Contoh kemacetan di pagi hari saat orang pergi ke kantor akan berbeda pada siang harinya yang tidak macet. Dan macetnya pun akhirnya bisa kita hitung antara 10 menit hingga 15 menit setiap harinya. Kenapa kita bisa hitung? Karena ada polanya.

Saya ungkapkan saat kami susun PTP di BMD pertama kali tiga tahun yang lalu, kami belum tahu berapa target kredit yang pas buat anak-anak marketing? Berapa besar target untuk PRK dan berapa besar untuk Akseptasinya. Apakah sudah ada target PTP sebelumnya? Tidak ada. Lantas bagaimana cara menetapkan target per masing-masing marketing. Cari polanya (pasti ada pola, hanya belum teratur) yaitu hitung berapa banyak jumlah cabang dan berapa orang jumlah marketing per orangnya. Kemudian lihat kue target secara nasional berapa besar yang diinginkan Direksi. Nah, jika sudah tahu kue target nya maka mudahnya adalah tinggal di bagi ke masing-masing target individu marketing cabang. Karena belum ada historisnya maka jadikan angka target per masing-masing marketing adalah sama yaitu 2 milyar target kredit per orang per bulan tanpa dibedakan segmen, golongan dan kelas cabangnya. Kenapa angka 2 milyar muncul karena dibuatkan simulasi sehingga secara nasional total angka target akan di dapat. Target sementara dibuat “komunis” yaitu sama untuk semua marketing. Di sinilah terjadi pola yang bisa diukur. Dalam perkembanganya kini karena sudah tahu polanya maka kami bersama Divisi Marketing tidak terlalu sulit mengukur dan membuat simulasi target PTP berdasarkan segmen, golongan, kelas cabang dan produk apa saja yang dijual dengan detail.

 Begitupun perhitungan KPI yang dibuat berdasarkan pola yang ada misalnya mengukur berapa jumlah training yang kita ikuti, yaitu bukan berapa banyak ikut training tapi adalah jumlah jam training yang dihitung dimana 1 hari adalah 8 jam (man days) jika trainingnya hanya dapat 4 jam berarti banyaknya training anda adalah ½ hari. Artinya semuanya bisa dihitung semua bisa diukur semua bisa ditebak jika kita tahu polanya. Oleh karena itu perhatikan pola bekerja anda dan lihat bagaimana pola bisa bekerja apakah anda bisa ukur diri anda sendiri jika pipeline yang dihasilkan selama satu bulan hanya 1 saja sementara teman marketing lain bisa closing 5. Jika ini terjadi ada yang salah dari pola kerja anda oleh karena itu tugas anda sebagai marketing adalah untuk temukan pola kerja anda. Bisa ‘kan?

Happy Selling !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar