Kamis, 22 September 2016

Kejamnya Kapitalisme!




Begitu kejamnya kah kau? Wahai Kapitalisme..

Ada tulisan yang menarik dari mantan gubernur BI yang sekarang tinggal di Singapore yang tulisannya  saya baca beberapa waktu lalu. Dia menulis begini, “Industri keuangan dunia adalah industri yang jahat, contohnya Wall Street, bagaimana  tidak? industri finansial ini menyumbangkan pertumbuhan 7%, hanya menyerap tenaga 4% tetapi menikmati keuntungan dari kontribusi perusahaan 25%”.

Maka tidak heran kandidat presiden Amerika Serikat siapapun yang terpilih (Hillary atau Trump) katanya akan menghancurkan Wall Street, Utamanya Donald Trump, Apa iya??

Tapi, apakah sejahat itu Wall Street? Seperti diketahui di Wall Street adalah tempatnya para  investor dan para pemilik modal melakukan aktivitas bisnisnya. Para pemilik modal ini memperkaya dirinya menjadi super kaya dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikir oleh anda. Saham-saham di goreng ( maksudnya dirajik, diramu walaupun sebetulnya jelek tetapi setelah di goreng menjadi gurih dan disukai sehingga banyak orang yang kecele membelinya karena ternyata beberapa saat kemudian saham tersebut anjlok). Rugi besar bagi pemain baru atau pemain yang tidak piawai.  Celakanya lagi ada saja selalu pemain baru yang tergiur atau tertipu yang menempatkan semua tabungannya untuk di mainkan di bursa saham Wall Street. Disisi yang lain investor dan broker yang bermain telah menikmati keuntungannya. Ringkasnya industri wall street seperti meja judi.

Saya jadi teringat film “Assault On Wall Street (2013)”  dimana seorang Karyawan yang bernama Jim Baxford (diperankan oleh Dominic Purcell) yang hidup bersama istrinya dengan penuh cinta. Tetapi tiba-tiba segala sesuatu berubah karena kondisi ekonomi yang hancur (krisis ekonomi 2007/2008) dan menyebabkan dirinya kehilangan segalanya. Padahal Jim menaruh investasi yang besar di Wall Street karena bujukan broker Wall Street. Dengan rasa kemarahan dan bagaimana dirinya merasa ditipu oleh sebuah perusahaan pialang yang menyebabkan istrinya bunuh diri (karena takut membebani Jim,  istri Jim sakit keras dan memerlukan biaya yang sangat besar), membuat Jim perlu mengambil sebuah keputusan untuk balas dendam menyerang Wall Street.

Satu persatu orang yang bertanggungjawab dibunuh, pengacara sampai puncaknya Jim membantai orang-orang di kantor broker. Terakhir pemimpin di perusahaan Broker.

“Mengapa aku membiarkanmu hidup? Engkau seorang salesman, jual dirimu,” Jim bertanya sambil menodongkan pistol.

“Ada orang-orang yang berharga ratusan juta dollar. Mereka mendapatkan uang secara ‘seharusnya’. Keluarga Vanderbilts, Carnegies, Gettys, Morgans. Mereka tidak hanya mencaplok wilayah, lisensi dan bisnis. Tapi mereka juga membunuh sejumlah penduduk, budak impor, menjual senjata untuk perang utara dan selatan dan mereka pahlawan Amerika!” pemimpin perusahaan Broker membela diri.


Pemimpin perusahaan  kembali bicara “Kami mengajarkan anak –anak kami kerja keras adalah kunci sukses. Anak-anakku akan pergi ke Yale dan Harvard. Mereka tidak akan pergi ke peperangan manapun. Perang Amerika yang tidak masuk akal. Anak-anakku akan tetap di Amerika dan tetap mengamankan bisnis kami. Bisnis yang semakin membawa kekayaan. Dan itulah cerita yang sama dari dulu. Para bankir yang kaya, para penasehat keuangan yang kaya! Dan orang-orang kecil yang membeli saham kami dan selalu kalah pada akhirnya! Orang-orang sepertimu!”.

salam,