PLUG & PLAY (dibaca: Plak en plei)
Kata Plug & Play (pasang dan mainkan) biasa kita temukan dalam taglines (slogan) iklan alat-alat elektronik
misalnya kita beli laptop maka untuk bisa melihat laptop caranya adalah mudah
saja yaitu colokkan kabel power ke port listrik kemudian laptop akan menyala
dan langsung gambar serta suaranya ditampilkan. Plug & Play juga terdapat pada HandPhone yaitu saat kita beli
handpone baru, tinggal colokkan kabel untuk men-charge batere (jika isi batere
habis) tetapi jika batere masih ada maka
anda tinggal menekan tombol power kemudian handphone akan on “menyala” dan
handphone sudah bisa dimainkan (play).
Simple bukan? Nyaman dan membuat anda
puas karena begitu gampang prosesnya tidak pake ribet. Jaman sekarang yaitu jaman millenia atau jaman digital
dimana persaingan antar produk
elektronik begitu ketat tentu saja yang paling mudah proses
pengoperasiannya adalah yang paling menang dengan kata lain semua harus dibuat
gampang. Plug & Play.
Pertanyaan saya: Plug & Play itu kan hanya terjadi
pada alat elektornik yang sebenarnya adalah benda mati tapi apakah bisa
diterapkan juga di dunia sales atau marketing? Maksudnya adalah apakah tenaga
kerja marketing bisa Plug & Play
(rekrut dan langsung kerja)? Pengennya
pasti begitu.
Memang manusia adalah benda hidup
bukan benda mati seperti barang elektronik yang mudah dibuat untuk membantu kebutuhan
kita. Membangun SDM atau manusia tidak lah mudah perlu proses yang panjang dan berkesinambungan
atau terus menerus sehingga menjadi manusia yang mempunyai kompetensi sesuai
dengan bidang pekerjaannya. Dalam
mendidik seorang manusia agar unggul banyak cara dan ragamnya termasuk mencari bahan
bakunya. Singkatnya, mencari bahan baku kita dapat lihat dari latar belakang
keluarga dan latar belakang pendidikannya. Sudah pasti jika keluarganya bagus,
harmonis, terpandang maka pendidikannya umumnya juga baik. Saya disiini tidak
bicara karakter karena karakter seseorang unik dan tentu berbeda disetiap situasi
dan kondisi yang tejadi. Menjadi jaminan kah hal ini? Tentu 100% tidak, tetapi
secara teori mencari SDM yang baik tentu berdasarkan pendidikan dan institusi atau
tempat dimana dia bersekolah. Tentu lulusan Universitas bergengsi berbeda
mutunya. Saya mau mengatakan: “Mutiara tetaplah Mutiara sekalipun ia diletakkan
di keranjang sampah” karena suatu saat bisa jadi orang lain yang menemukan
kemilaunya. Marketing yang sudah jadi biasanya mereka memiliki prestasi,
memiliki integritas, memiliki pengetahuan, memiliki penampilan dan memiliki
keterampilan berjualan.
Kembali kepada pernyataan SDM yang
sudah “jadi” atau bisa Plug & Play
untuk menjadi marketing dimana mencarinya? Anda sudah pasti tau jawabannya. Ada
tapi agak mahal! Yaitu ada di....
Eet...tapi tunggu dulu, apakah
SDM yang direkrut dari sekolah bergengsi atau dari bank kondang itu sudah pasti
bagus dan bisa dipercaya? Belum tentu juga karena perlu waktu untuk dapat
dipercaya. Kepercayaan adalah bab lain. Namun
demikian minimal kita sudah punya bahan baku SDM yang nantinya bisa Plak en
Plei.
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar