Kamis, 09 Maret 2017

PLUG and PLAY !





PLUG & PLAY (dibaca: Plak en plei)


Kata Plug & Play (pasang dan mainkan) biasa kita temukan dalam taglines (slogan) iklan alat-alat elektronik misalnya kita beli laptop maka untuk bisa melihat laptop caranya adalah mudah saja yaitu colokkan kabel power ke port listrik kemudian laptop akan menyala dan langsung gambar serta suaranya ditampilkan. Plug & Play juga terdapat pada HandPhone yaitu saat kita beli handpone baru, tinggal colokkan kabel untuk men-charge batere (jika isi batere habis) tetapi jika batere masih  ada maka anda tinggal menekan tombol power kemudian handphone akan on “menyala” dan handphone sudah bisa dimainkan (play). Simple bukan? Nyaman dan membuat  anda puas karena begitu gampang prosesnya tidak pake ribet. Jaman sekarang  yaitu jaman millenia atau jaman digital dimana persaingan antar produk  elektronik begitu ketat tentu saja yang paling mudah proses pengoperasiannya adalah yang paling menang dengan kata lain semua harus dibuat gampang. Plug & Play.
Pertanyaan saya: Plug & Play itu kan hanya terjadi pada alat elektornik yang sebenarnya adalah benda mati tapi apakah bisa diterapkan juga di dunia sales atau marketing? Maksudnya adalah apakah tenaga kerja marketing bisa Plug & Play (rekrut dan langsung kerja)? Pengennya pasti begitu.




Memang manusia adalah benda hidup bukan benda mati seperti barang elektronik yang mudah dibuat untuk membantu kebutuhan kita. Membangun SDM atau manusia tidak lah mudah perlu proses yang panjang dan berkesinambungan atau terus menerus sehingga menjadi manusia yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya.  Dalam mendidik seorang manusia agar unggul banyak cara dan ragamnya termasuk mencari bahan bakunya. Singkatnya, mencari bahan baku kita dapat lihat dari latar belakang keluarga dan latar belakang pendidikannya. Sudah pasti jika keluarganya bagus, harmonis, terpandang maka pendidikannya umumnya juga baik. Saya disiini tidak bicara karakter karena karakter seseorang unik dan tentu berbeda disetiap situasi dan kondisi yang tejadi. Menjadi jaminan kah hal ini? Tentu 100% tidak, tetapi secara teori mencari SDM yang baik tentu berdasarkan pendidikan dan institusi atau tempat dimana dia bersekolah. Tentu lulusan Universitas bergengsi berbeda mutunya. Saya mau mengatakan: “Mutiara tetaplah Mutiara sekalipun ia diletakkan di keranjang sampah” karena suatu saat bisa jadi orang lain yang menemukan kemilaunya. Marketing yang sudah jadi biasanya mereka memiliki prestasi, memiliki integritas, memiliki pengetahuan, memiliki penampilan dan memiliki keterampilan berjualan.
Kembali kepada pernyataan SDM yang sudah “jadi” atau bisa Plug & Play untuk menjadi marketing dimana mencarinya? Anda sudah pasti tau jawabannya. Ada tapi agak mahal! Yaitu ada di....




Eet...tapi tunggu dulu, apakah SDM yang direkrut dari sekolah bergengsi atau dari bank kondang itu sudah pasti bagus dan bisa dipercaya? Belum tentu juga karena perlu waktu untuk dapat dipercaya. Kepercayaan adalah bab lain. Namun demikian minimal kita sudah punya bahan baku SDM yang nantinya bisa Plak en Plei.
Salam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar