MINDS ARE LIKE A PARACHUTES; THEY WORKS BEST WHEN OPEN!
Diterjemahkan ke dalam bahasa :
Pikiran adalah seperti parasut dia akan bekerja dengan baik ketika pikiran itu
membuka dirinya. Apakah anda setuju dengan quote diatas? Apakah anda seorang
yang perfeksionis?. Eh, tunggu dulu jangan cepat-cepat jawabnya. Apa hubungannya
pikiran yang terbuka (open mind) dengan perfeksionis? Nanti saya ceritakan hubungannya dibawah dalam tulisan ini.
Sebelumnya sebagai pengetahuan bersama bahwa manusia terdiri dari jasad dan
roh. Jasad adalah tubuh yang bisa kita pegang kita rasakan dan kita cium.
Sedangkan roh adalah sesuatu yang tidak bisa kita pegang (intangible) tapi bisa
kita rasakan dengan hati kita. Oke sampai disini saja ngomong jasad dan rohnya
karena saya tidak mau bahas lebih mendalam dan bukan bidang saya juga.
Yang mau saya bahas adalah
pikiran. Pikiran adalah hasil kerja dari otak. Pikiran adalah apa yang kita pikir
atau apa yang sedang kita rencanakan dalam otak kita untuk melakukan atau berbuat
sesuatu. Biasanya pikiran dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, pendidikan,
budaya dan nilai-nilai yang kita peroleh sejak dari kecil hingga dewasa seperti
sekarang ini. Pikiran yang menggerakkan
anggota tubuh kita dan pikiran yang mendorong kita untuk bicara dan bertindak.
Kita akan leluasa berpikir dan berbicara sesuatu hal kalau kita pernah
mengalami kejadiannya atau kita sudah pernah berbuat. Apalagi pengetahuan
tentang informasi yang didapat mendukung. Karena bertambahnya usia dan
pengalaman hidup seharusnya kita tidak takut menghadapi masalah kehidupan yang
ada. Manusia selalu mempunyai masalah (problem) dan masalah akan diselesaikan
hanya dengan cara kita berpikir yang jernih. Nah, pikiran yang jernih hanya
didapat jika kita bersikap tenang, tidak emosi dan open mind. Teorinya sih
gampang begitu tapi sering kali pikiran kita tercampur aduk dengan emosi, ego
mau menang sendiri dan tidak mau mendengar. Sehingga dalam berpikir memecahkan
sesuatu pengennya cepat selesai eh malah menjadi tambah kacau. Tidak terjadi win-win solution. Perlu diingat cara
berpikir dan memecahkan masalah pribadi dengan masalah kerjaan adalah tidak
sama (atau sama ya? He-he). Kalau masalah pribadi apakah masalah dengan
pasangan, orang tua, anak, teman main dan saudara kita umumnya bisa diselesaikan
dengan cara kekeluargaan. Kalau masalah kerjaan berbeda, bedanya di tempat
kerja apa yang kita mau belum tentu sama dengan apa yang perusahaan mau. Karena
perusahaan tentunya mempunyai aturan-aturan baik tertulis berupa S.O.P, KDPO, S.E dan aturan tidak tertulis
yaitu berupa etika dan moral. Apakah jika terjadi masalah di perusahaan bisa
diselesaikan secara kekeluargaan? Bisa ya bisa tidak tetapi harus dipenuhi
dahulu aturan yang ada diperusahaan tersebut, bukan!.
Ups..sorry agak ngelantur tentang
masalah demi masalah. Yang saya mau jelaskan dalam paragraf pertama diatas, hubungan
antara open mind dengan perfeksionis adalah sebagai berikut: Dalam cara
berpikir seorang yang perpeksionis (merasa sempurna dalam segala hal) karena
pengetahuan, pengalaman dan pendidikan yang tinggi orang perfeksionis ini
umumnya tidak mau mendengar saran dan kritik orang lain sehingga menutup setiap
informasi yang tidak diperoleh dari luar pengetahuannya. Ia menjadi kaku, keras
atau keukeuh dalam berpendirian. Sikap seperti ini umumnya ada dalam diri
perfeksionis. Karena orang perfeksionis merasa dirinya benar. Pikirannya
menutup atas informasi dari luar. Disinilah saya merasa sedih, karena saya
dahulu menjadi seorang perfeksionis seperti ini. Dan pada titik itulah saya
jatuh. Saya tidak mau mendengar kritikan dan inputan karena merasa sayalah yang
paling benar. Dan saya membahayakan diri saya sendiri. Saya tidak “open mind” sehingga pikiran tidak
berjalan dengan baik. Betul kata teman saya yang memberi quote diatas “pikiran hanya bekerja saat
dibuka”. Untungnya saya cepat sadar. Maka jadilah Perfeksionis yang open mind.
Coba bayangkan anda mengikuti
suatu training tetapi omongan dan ilmu yang diajarkan oleh guru anda tidak didengarkan.
Otak anda yang membuat pikiran tidak dibuka. Tentu pastinya berapapun training yang
anda ikuti, siapapun guru yang mengajar dan berapapun ilmu yang diberikan
niscaya tidak akan kita peroleh. Sayang sekali bukan!
Anyhow, parasut kalau tidak
dibuka tidak ada gunanya so bukalah pikiran kita untuk menerima informasi apapun
yang bermanfaat bagi karir kita.
Happy Selling!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar