LEBIH BAIK DIHUKUM DARIPADA DIBANTU!
Hari Rabu lalu adalah hari guru,
tanpa direncanakan sama sekali, saya mendidik puteri saya dengan didikan
terkeras yang pernah saya lakukan pada hari itu, dan pernah dialami ketiga anak
saya: yakni mengabaikan permintaan untuk mengantarkan sebuah barang ke sekolah.
Setiap pagi seperti biasa saya
mengantarkan puteri saya ke sekolah. Tadi pagi, begitu dia sudah sampai
sekolah, puteri saya menelpon mamanya,
mengabarkan bahwa baju ganti untuk sebuah kegiatan ekskulnya ketinggalan.
Awalnya, saya dan istri berpikir bahwa dia ketinggalan baju itu (sudah dalam
tas khusus) di dalam kamarnya. Ternyata tas yang berisi baju ganti itu ada di
dalam mobil saya, dan berada persis di bagian kaki tempat duduknya tadi!
Anak saya memohon agar papa mengantarkan
baju itu karena dia ada pengambilan nilai untuk ekskul yang dia ikuti – karena tas
yang ketinggalan berisi kostum untuk pengambilan nilai itu. Istri saya
menjelaskan pentingnya nilai itu dan ingin saya agar segera kembali untuk mengantarkan
ke sekolah anak kami.
Tetapi setelah menimbang-nimbang
untung ruginya, saya memutuskan untuk tidak mengantar baju itu ke sekolah,
karena baju itu ketinggalan di mobil tersebab keteledoran anak saya sendiri, sehingga
dia harus merasakan konsekuensi dari keteledorannya.
“Bagaimana kalau nilai ekskulnya
jelek karena pakaian ini tidak diantar?” ujar istri saya mencoba mengubah
keadaan. Saya bergeming dengan keputusan, “Tidak apa-apa sesekali dia tidak
mendapatkan nilai akibat keteledorannya, sehingga besok-besok dia harus lebih
seksama terhadap semua kebutuhan sekolahnya.”
Bagi saya, mendidik anak bukan
hanya memuji bila mereka berhasil mencapai prestasi yang mereka inginkan,
tetapi juga untuk tidak selalu ‘mengerti
dan memaafkan’ keteledoran anak, sebagai
bagian dari membuat tanggung jawabnya lebih matang.
Ketika sikap ini saya sampaikan
via telpon saat putri kami menelepon kembali agar pakaiannya segera diantarkan,
jawaban saya membuat dia tercenung dan berulang kali bilang, “Maaf ya, Pa.”
Saya jawab ,”Kamu tidak perlu
minta maaf sama papa, tapi kamu harus minta maaf pada guru ekskul yang hari ini
kamu ikuti ujiannya. Kalau guru kamu membolehkan kamu ikut ujian tanpa kostum
yang sesuai, alhamdulillah. Tetapi kalau guru kamu tidak mengizinkan kamu ikut,
maka gurumu tidak salah. Kamu akan belajar supaya besok lebih hati-hati untuk tidak
ketinggalan sesuatu yang sudah kamu bawa sendiri sebenarnya.”
Dia terdiam, dan kemudian minta
izin agar telepon dimatikan.
Anak saya pasti sedih sekali hari
itu. Tetapi dia akan belajar sesuatu yang sangat besar dari kesedihannya, bahwa
pendidikan tidak hanya menyangkut menuai pujian demi pujian, tetapi juga
menyadari bahwa tindakan keras yang saya lakukan adalah karena saya cinta
sekali kepadanya, sehingga ingin dia tumbuh sebagai anak yang tidak selalu “disuapi”
setiap saat, setiap waktu. Kecuali di saat-saat darurat di mana masalah terjadi
di luar jangkauannya.
Mungkin hari itu dia tidak dapat
nilai ekskul, tapi dia jelas akan
mendapatkan sesuatu yang LEBIH BESAR dari sekedar angka belaka.
Selamat mendidik.
Happy Selling!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar