Kamis, 09 Maret 2017

PLUG and PLAY !





PLUG & PLAY (dibaca: Plak en plei)


Kata Plug & Play (pasang dan mainkan) biasa kita temukan dalam taglines (slogan) iklan alat-alat elektronik misalnya kita beli laptop maka untuk bisa melihat laptop caranya adalah mudah saja yaitu colokkan kabel power ke port listrik kemudian laptop akan menyala dan langsung gambar serta suaranya ditampilkan. Plug & Play juga terdapat pada HandPhone yaitu saat kita beli handpone baru, tinggal colokkan kabel untuk men-charge batere (jika isi batere habis) tetapi jika batere masih  ada maka anda tinggal menekan tombol power kemudian handphone akan on “menyala” dan handphone sudah bisa dimainkan (play). Simple bukan? Nyaman dan membuat  anda puas karena begitu gampang prosesnya tidak pake ribet. Jaman sekarang  yaitu jaman millenia atau jaman digital dimana persaingan antar produk  elektronik begitu ketat tentu saja yang paling mudah proses pengoperasiannya adalah yang paling menang dengan kata lain semua harus dibuat gampang. Plug & Play.
Pertanyaan saya: Plug & Play itu kan hanya terjadi pada alat elektornik yang sebenarnya adalah benda mati tapi apakah bisa diterapkan juga di dunia sales atau marketing? Maksudnya adalah apakah tenaga kerja marketing bisa Plug & Play (rekrut dan langsung kerja)? Pengennya pasti begitu.




Memang manusia adalah benda hidup bukan benda mati seperti barang elektronik yang mudah dibuat untuk membantu kebutuhan kita. Membangun SDM atau manusia tidak lah mudah perlu proses yang panjang dan berkesinambungan atau terus menerus sehingga menjadi manusia yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya.  Dalam mendidik seorang manusia agar unggul banyak cara dan ragamnya termasuk mencari bahan bakunya. Singkatnya, mencari bahan baku kita dapat lihat dari latar belakang keluarga dan latar belakang pendidikannya. Sudah pasti jika keluarganya bagus, harmonis, terpandang maka pendidikannya umumnya juga baik. Saya disiini tidak bicara karakter karena karakter seseorang unik dan tentu berbeda disetiap situasi dan kondisi yang tejadi. Menjadi jaminan kah hal ini? Tentu 100% tidak, tetapi secara teori mencari SDM yang baik tentu berdasarkan pendidikan dan institusi atau tempat dimana dia bersekolah. Tentu lulusan Universitas bergengsi berbeda mutunya. Saya mau mengatakan: “Mutiara tetaplah Mutiara sekalipun ia diletakkan di keranjang sampah” karena suatu saat bisa jadi orang lain yang menemukan kemilaunya. Marketing yang sudah jadi biasanya mereka memiliki prestasi, memiliki integritas, memiliki pengetahuan, memiliki penampilan dan memiliki keterampilan berjualan.
Kembali kepada pernyataan SDM yang sudah “jadi” atau bisa Plug & Play untuk menjadi marketing dimana mencarinya? Anda sudah pasti tau jawabannya. Ada tapi agak mahal! Yaitu ada di....




Eet...tapi tunggu dulu, apakah SDM yang direkrut dari sekolah bergengsi atau dari bank kondang itu sudah pasti bagus dan bisa dipercaya? Belum tentu juga karena perlu waktu untuk dapat dipercaya. Kepercayaan adalah bab lain. Namun demikian minimal kita sudah punya bahan baku SDM yang nantinya bisa Plak en Plei.
Salam,

Kamis, 22 September 2016

Kejamnya Kapitalisme!




Begitu kejamnya kah kau? Wahai Kapitalisme..

Ada tulisan yang menarik dari mantan gubernur BI yang sekarang tinggal di Singapore yang tulisannya  saya baca beberapa waktu lalu. Dia menulis begini, “Industri keuangan dunia adalah industri yang jahat, contohnya Wall Street, bagaimana  tidak? industri finansial ini menyumbangkan pertumbuhan 7%, hanya menyerap tenaga 4% tetapi menikmati keuntungan dari kontribusi perusahaan 25%”.

Maka tidak heran kandidat presiden Amerika Serikat siapapun yang terpilih (Hillary atau Trump) katanya akan menghancurkan Wall Street, Utamanya Donald Trump, Apa iya??

Tapi, apakah sejahat itu Wall Street? Seperti diketahui di Wall Street adalah tempatnya para  investor dan para pemilik modal melakukan aktivitas bisnisnya. Para pemilik modal ini memperkaya dirinya menjadi super kaya dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikir oleh anda. Saham-saham di goreng ( maksudnya dirajik, diramu walaupun sebetulnya jelek tetapi setelah di goreng menjadi gurih dan disukai sehingga banyak orang yang kecele membelinya karena ternyata beberapa saat kemudian saham tersebut anjlok). Rugi besar bagi pemain baru atau pemain yang tidak piawai.  Celakanya lagi ada saja selalu pemain baru yang tergiur atau tertipu yang menempatkan semua tabungannya untuk di mainkan di bursa saham Wall Street. Disisi yang lain investor dan broker yang bermain telah menikmati keuntungannya. Ringkasnya industri wall street seperti meja judi.

Saya jadi teringat film “Assault On Wall Street (2013)”  dimana seorang Karyawan yang bernama Jim Baxford (diperankan oleh Dominic Purcell) yang hidup bersama istrinya dengan penuh cinta. Tetapi tiba-tiba segala sesuatu berubah karena kondisi ekonomi yang hancur (krisis ekonomi 2007/2008) dan menyebabkan dirinya kehilangan segalanya. Padahal Jim menaruh investasi yang besar di Wall Street karena bujukan broker Wall Street. Dengan rasa kemarahan dan bagaimana dirinya merasa ditipu oleh sebuah perusahaan pialang yang menyebabkan istrinya bunuh diri (karena takut membebani Jim,  istri Jim sakit keras dan memerlukan biaya yang sangat besar), membuat Jim perlu mengambil sebuah keputusan untuk balas dendam menyerang Wall Street.

Satu persatu orang yang bertanggungjawab dibunuh, pengacara sampai puncaknya Jim membantai orang-orang di kantor broker. Terakhir pemimpin di perusahaan Broker.

“Mengapa aku membiarkanmu hidup? Engkau seorang salesman, jual dirimu,” Jim bertanya sambil menodongkan pistol.

“Ada orang-orang yang berharga ratusan juta dollar. Mereka mendapatkan uang secara ‘seharusnya’. Keluarga Vanderbilts, Carnegies, Gettys, Morgans. Mereka tidak hanya mencaplok wilayah, lisensi dan bisnis. Tapi mereka juga membunuh sejumlah penduduk, budak impor, menjual senjata untuk perang utara dan selatan dan mereka pahlawan Amerika!” pemimpin perusahaan Broker membela diri.


Pemimpin perusahaan  kembali bicara “Kami mengajarkan anak –anak kami kerja keras adalah kunci sukses. Anak-anakku akan pergi ke Yale dan Harvard. Mereka tidak akan pergi ke peperangan manapun. Perang Amerika yang tidak masuk akal. Anak-anakku akan tetap di Amerika dan tetap mengamankan bisnis kami. Bisnis yang semakin membawa kekayaan. Dan itulah cerita yang sama dari dulu. Para bankir yang kaya, para penasehat keuangan yang kaya! Dan orang-orang kecil yang membeli saham kami dan selalu kalah pada akhirnya! Orang-orang sepertimu!”.

salam,

Minggu, 05 Juni 2016

Devil Marketing !



MARKETING SETAN!

Aiiih... judulnya kok seram begitu ya, Apa maksudnya? Marketing kok setan atau setan kok  Marketing? Di awal bulan puasa begini memang ada cocoknya juga kali ya ngomongin setan karena pada bulan puasa katanya para setan sedang dibelenggu pakai rantai oleh malaikat sehingga mereka tidak bisa berkeliaran bebas di muka bumi untuk menggoda manusia. Dan oleh karena itu kita juga bisa bebas ngomongin dia si Setan ha-ha-ha. 

Hmm..maksudnya setan yang dibelenggu adalah setan sebagai mahluk itu betul, tapi sifat setan yang jahat tetap ada juga di manusia toh walaupun bulan puasa. Sifat setan yang jelek adalah inginnya mengajak manusia supaya manusia menjauh dari Tuhannya, titik. Kalau setan nakut-nakutin, membuat anda galau, membuat putus asa dan lain-lain, itu sih hanya aksesorisnya saja karena tujuan utamanya ya itu tadi; Anda menjauh dari Tuhan.

Tersebutlah kisah bahwa Pak Adam dan Ibu Hawa yaitu nenek moyangnya manusia dahulu hidup di Surga. Saat di Surga yang penuh kenikmatan yang diberikan Tuhan, datanglah Iblis yaitu nenek moyangnya setan merayu menggoda Ibu Hawa agar makan buah kuldi atau buah terlarang yang sebelumnya Tuhan membuat perintah yang jelas yaitu jangan pernah memakan buah kuldi!. Diceritakan bahwa akhirnya ibu Hawa memakan buah terlarang itu bersama Pak Adam sehingga keduanya dihukum oleh Tuhan untuk diturunkan ke bumi yang fana ini. Iblis tertawa senang karena berhasil merayu kedua manusia itu.

Yang menggelitik adalah pertanyaan; bagaimana caranya setan menggoda Ibu Hawa dan Pak Adam di Surga? Pakai strategi apa setan? Apakah secepat itu ibu Hawa tergoda setan? karena nota-benenya sulit menggoda orang yang sudah ada di Surga, wong orang yang hidup di dunia saja kalau mati maunya ke Surga, iya kan! Terus di saat kapan setan menggodanya? Bagaimana  cara ngomongnya kepada Hawa dan Adam ini sehingga mereka berani ambil tindakan yang akhirnya  resikonya terbuang ke bumi? Kira-kira apa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini?

Tanpa tendensi kepada agama tertentu jawaban tersebut diatas bisa ditanyakan kepada ahlinya dan ahli tafsir bagaimana jawaban yang baik karena saya sendiri bukan ahli agama. Yang ada dalam benak saya adalah tentang si Iblis sendiri yang gigih, pantang menyerah, terus menerus, sabar menunggu waktu yang tepat untuk menggoda, dilakukan di saat tertentu dan caranya pasti sangat halus dan tepat sehingga berhasil menggoda Hawa dan Adam. Semangat dan motivasi dari Iblis inilah yang membuatnya berhasil. Semangat pantang menyerah, gigih dan tidak takut walaupun yang digodanya adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Ngotot dan tidak pernah berhenti sampai tujuannya adalah berhasil.

Dalam dunia marketing motivasi dan semangat adalah hal yang penting. Kedua itu harus ada dalam diri marketing agar terus berhasil  dalam pekerjaannya. Motivasi dan semangat ibarat api  (flame) yang menyala yang membakar diri untuk berhasil, berhasil dan berhasil! Api kebetulan memang bahan dasarnya setan tetapi yang kita ambil dari cerita ini adalah semangat setan  dan motivasi setan yang terus-menerus bekerja dan gigih menggoda manusia agar tujuannya tercapai tanpa ada kata menyerah atau kalah.

Terakhir, tulisan ini adalah terinspirasi dari kawan saya di Medan sana yang mencoba mencari semangat dan motivasi dari setan dikaitkan dengan semangat pantang menyerahnya marketing dalam menjual produk kepada nasabah tanpa terkecuali melihat nasabah yang bersangkutan apakah dia laki-laki atau wanita, tua atau muda, super kaya atau kaya  “No Labelling” katanya sejauh nasabah mau membeli produk yang ditawarkan oleh marketing, hajar terus sampai berhasil asalkan dia mau membeli produk bancassurance..


Salam,

Rabu, 01 Juni 2016

Character Technology



CHARACTER-nya TECHNOLOGY!


Dalam kunjungan saya bersama Direksi dua minggu lalu di beberapa cabang hampir dua pertiga karyawannya adalah kelahiran antara tahun 1982 sampai dengan 2000 artinya mereka berusia dikisaran 20 hingga 34 tahun dan ini adalah para generasi milenium atau dikenal generasi Y. Sementara sepertiga yang lainnya adalah Generasi X dan mulai sedikitnya Generasi “Baby Boomers”. Seperti tulisan saya sebelumnya generasi X adalah kelahiran antara tahun 1964 sampai dengan 1982 dan generasi baby boomers adalah kelahiran antara tahun 1946 sampai dengan tahun 1962.

Generasi Y atau generasi milenium saat ini mulai banyak menduduki dunia kerja. Ini tidak hanya di industri Perbankan saja tetapi juga di semua industri baik Keuangan, Non Keuangan, Pharmacy, Otomotif,  Migas dan yang paling banyak tentunya di ‘Start Up Company’ atau industri rintisan usaha yang memproduksi aplikasi-aplikasi yang memudahkan orang dalam beraktifitas. Generasi Y adalah generasi yang sangat melek dengan digital teknologi karena begitu mereka lahir teknologi sudah ada disekelilingnya. Mereka tidak mengenal apa itu Macintosh, bahasa COBOL, BASIC, Linear programming yang sejatinya adalah cikal bakal dari PC, Laptop, Tablet, Windows, Internet dan Smart Phone yang sekarang begitu ‘meledak’ penggunaannya.

Aplikasi. Ya Aplikasi! Adalah sebuah produk atau tepatnya system digital yang bisa di install di gawai (gadget) yang bisa melakukan apa saja mulai dari permainan (games), sosmed (facebook, Instagram, Line, Kaskus, WA, BBM), news (detik com, kompas com, babe com), entertainment (Guevara, live streaming), online trasportation (Uber, Grab, Gojek, KAI Online, Garuda online) dan banyak lagi aplikasi-aplikasi yang memudahkan orang dalam bekerja misalnya PTP Daring, Qlue (aplikasi laporan, efesiensi dan evaluasi) yang saat ini di “galakkan” oleh Gubernur Ahok dalam kegiatan pelaporan dari RT/RW sebagai bagian dari Smart Citynya Jakarta.  Dalam dunia perbankan fungsi ‘transaksionalnya’ (yaitu transfer, bayar tagihan, bayar cicilan, beli barang online, tarik tunai tanpa kartu, split bill, incoming fund) sebagian besar telah di ambil alih oleh teknologi sebut saja ada “Sakuku” punyanya BCA, Rek Ponsel punyanya CIMB, Permata mobile punya Bank Permata dan produk aplikasi bank lain. Sehingga kedepannya bisa jadi mesin ATM hanyalah tinggal menjadi sejarah saja. Belum lagi aplikasi dalam pembelian asuransi, pembelian saham, pembelian reksa dana semuanya dalam bentuk aplikasi daring. Ada lagi aplikasi yang memudahkan orang untuk mencari hotel rumah dan murah yaitu www.airbnb.com, aplikasi yang memudahkan orang untuk mendermakan rejekinya atau kegiatan bantu membantu orang dalam kesulitan www.kitabisa.com. WOW! Sangat menakjubkan perkembangan dunia digital teknologi ini. Menurut hemat saya ini adalah Revolusi teknologi! dunia sedang berubah wajahnya menjadi wajah digital.

Lantas bagaimana karakter daripada Generasi Y ini? Bagaimana cara mengerti mereka? Saya membacanya karakter generasi Y adalah seperti karakter teknologi yang saat ini terjadi. Apa itu? Karakter teknologi sifat atau watak teknologi yang saya ketahui adalah pertama Cepat, kedua adalah Mudah, ketiga adalah Akurat, keempat Transparan dan Kelima adalah Murah.  Penjelasannya adalah sebagai berikut; Informasi yang dihasilkan oleh digital technology hitungannya adalah per detik bahkan dibawah detik sehingga sangat cepat. Kita bisa mendapatkan informasi yang kita mau termasuk laporan-laporan hanya dalam sekejap, saat itu juga tidak lama-lama. Selanjutnya Aplikasi yang dipakai itu harus ‘user friendly’ atau mudah digunakan. Hanya dengan touch screen memakai jari, perintah sudah dijalankan dan mudah banget tidak ribet. Selanjutnya Akurat, keakurasian data, perhitungan rumus-rumus, perhitungan matematika pasti hasilnya akurat dapat dipertanggungjawabkan, tidak ada yang ditutup-tutupi dan transparan. Kemudian adalah murah, dalam dunia digital perkembangan teknologi yang semakin canggih adalah semakin murah bukan semakin mahal. Nah, dari sifat atau karakter digital teknologi inilah (cepat, mudah, akurat, transparan, murah) ter-reflek pada generasi Y!.  Ngak percaya? Cobalah beri instruksi kepada mereka dengan bahasa yang bertele-tele tidak to the point pastilah mereka akan mengatakan, “Bapak ini Gaje (ngak Jelas!)”. Atau menerangkan suatu persoalan dengan kata-kata panjang, dengan kata sekiranya, kalau-kalau, mungkin begini mungkin begitu pastilah mereka akan mengatakan, “Bapak ini ribet amat!”. Bicara Akurat atau valid adalah sifat generasi Y yang memang maunya mereka adalah selalu akurat (tidak ada yang disumput-sumputi) hitungannya harus tepat, maunya terbuka di depan gimana, tidak ada “hanky panky” sebagaimana biasa dilakukan generasi sebelumnya, semuanya harus akurat. Dahulu orang bicara kalau bisa mahal kenapa harus murah, tetapi sekarang mereka akan berkata kalau bisa murah kenapa harus mahal? Apa yang menyebabkan mahal? Karena di jaman teknologi semua bisa murah. Ingat ‘Sharing Economy’ yang diutarakan oleh Prof. Rhenald Kasali dalam tulisan di Kompas dimana tidak ada lagi penguasaan ekonomi oleh satu pihak tetapi banyak pihak yang menikmatinya sehingga monopoli tidak ada lagi contohnya kasus Uber dengan taxi konvensional.

Apabila kita kaitkan dengan bisnis saat ini, karakter teknologi juga tergambar kepada bisnis yang terjadi. Contohnya sekarang semua industri bisnis terkoreksi dalam cara berbisnisnya. Sekarang bisnis tidak bisa lagi dapat margin tinggi. Karena kalau margin tinggi maka akan ditinggalkan nasabahnya karena perusahaan lain menurunkan marginnya. Karakter berikut adalah mudah. Perusahaan yang  menolak menggunakan teknologi maka akan ditinggalkan pelanggannya karena perusahaan yang lain memakai teknologi sehingga mudah melayani pelanggannya. Berikutnya, perusahaan yang bayar pajaknya tidak transparan dan akurat maka akan dikenakan denda oleh pemerintah karena dianggap tidak jujur dan transparan yang ujung-ujungnya ditinggalkan pelanggannya.

Jadi bagaimana? Ya beginilah yang terjadi ada revolusi teknologi yang menyebabkan karakter anak muda berubah, karakter bisnis berubah dan mau tidak mau karakter kita juga berubah mengikuti karakter tekonologi. Sekian...


Salam,

Minggu, 31 Januari 2016

Perusahaan Kelas Dunia (World Class Company) !

APAKAH PERUSAHAAN KELAS DUNIA?


Tanpa terasa, kita telah masuk dalam era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dimana  negara Indonesia akan memasuki pasar bebas. Sebagian dari kita mungkin merasa ini adalah sebuah kesempatan untuk dapat memperluas bisnis, tapi tak sedikit yang was-was apakah kita akan mampu jadi pemain yang dominan dan mengambil keuntungan dari pasar bebas ini atau hanya akan menjadi pasar bagi industri negara-negara lainnya?

Banyak fakta-fakta yang bisa membuat kita kurang optimis, antara lain mangacu kepada beberapa studi yang pernah diunggah ke beberapa media. Studi-studi tersebut menyatakan bahwa posisi Produktifitas Tenaga Kerja Indonesia di Asean hanyalah nomor 5 di bawah Brunei, Singapura, Malaysia dan Thailand. Bahkan studi yang lain mengatakan bahwa Daya Saing Indonesia secara keseluruhan di Asean hanyalah di posisi ke-8 di atas Laos dan Myanmar karena banyak aspek pendukung bisnis di Indonesia yang masih kurang mendukung misalnya dalam hal suku bunga pinjaman, pajak perusahaan, peraturan-peraturan usaha, dan beberapa aspek lainnya.

Indonesia memerlukan momentum untuk dapat meningkatkan daya saingnya secara signifikan, tapi kapankah momentum itu akan datang dan dapat terealisasi? Belum lama ini ajakan presiden Jokowi agar perusahaan-perusahaan Indonesia berani berkompetisi di ajang global sangatlah tepat. Namun demikian, tanpa strategi serta sumber daya dan kemampuan eksekusi yang tepat tentunya hal ini bisa menimbulkan resiko yang tidak kecil atas kelangsungan usaha perusahaan tersebut.  Pada akhirnya hanya perusahaan-perusahaan kelas dunia yang berdaya saing tinggi akan dapat bertahan, tumbuh dan berkembang di pasar global. Perusahaan Kelas Dunia? Apakah Perusahaan Kelas Dunia itu? Seribu satu pertanyaan yang berkaitan dengan hal ini akan hinggap di pikiran kita, dan karenanya saya sangat ingin berbagi dalam artikel ini tentang faktor-faktor utama keberhasilan yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk menjadi perusahaan kelas dunia.

Kembali kepada pertanyaan tentang “Apakah perusahaan kelas dunia itu?”, apabila ditanya maka kebanyakan orang akan menjawab bahwa perusahaan kelas dunia adalah perusahaan-perusahaan besar yang cabangnya tersebar di seluruh penjuru dunia, mempunyai produk-produk dengan merek yang sangat terkenal, berteknologi mutakhir untuk produksi dan pelayanannya, mempunyai kinerja keuangan yang baik, juga kinerja dalam bidang penting lainnya seperti kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan. Benar semua ini adalah merupakan gambaran dari perusahaan-perusahaan kelas dunia, tetapi ini baru merupakan fenomena puncak gunung es yang terlihat oleh orang. Ada banyak faktor-faktor penting yang harus ada untuk dapat mencapai dan memungkinkan keberlangsungan itu semua, dan faktor-faktor itu merupakan dasar dari gunung es sehingga tidak terlihat atau seringnya dilupakan atau sengaja di pintas oleh para pemimpin ambisius yang ingin mengejar pertumbuhan secepat mungkin untuk meraih ketenaran. Tanpa faktor-faktor ini sebetulnya kinerja kelas dunia tidak akan dapat dijaga keberlangsungannya.

Pada dasarnya karakteristik sebuah perusahaan kelas dunia melingkupi 3 unsur sebagai berikut:
  1. Kinerja yang superior pada indikator-indikator yang penting bagi pemegang kepentingan (stakeholders).
  2. Praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien.
  3. Sumber daya manusia yang handal.

Kinerja yang superior pada indikator-indikator yang penting bagi pemegang kepentingan (stakeholders).

Kinerja yang superior adalah sesuatu yang dikejar oleh semua perusahaan, dan memang kinerja yang superior adalah mutlak untuk mendapatkan predikat perusahaan kelas dunia. Kinerja yang dimaksud di sini bukan hanya dalam bidang finansial dan ukuran kepuasan pelanggan seperti kualitas produk dan kecepatan dan ketepatan pelayanan, tetapi juga meliputi hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat seperti integritas, sustainabilitas, dan indikator moral dari para karyawan.

Bukan hanya penting untuk mendapatkan status, kinerja tinggi yang terus tumbuh juga akan menjaga momentum bagi para karyawan untuk tetap giat melakukan perbaikan berkesinambungan, dan memastikan dukungan dari pihak-pihak yang dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan seperti pemegang saham, dewan direksi, dan kembali tentunya para karyawan. Kinerja tinggi juga akan menjadi daya tarik untuk dapat menarik talenta-talenta di pasar tenaga kerja.

Secara praktis perbaikan kinerja harus dipusatkan pada indikator-indikator yang dianggap penting oleh pelanggan dan pemegang kepentingan (stakeholders) utama. Perbaikan kinerja yang tidak terfokus akan memerlukan sumber daya dan ongkos yang mahal.

Praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien.

Jika saat ini perusahaan anda telah mempunyai kinerja yang sangat tinggi walaupun belum secara utuh menerapkan praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien maka anda adalah orang yang beruntung. Beruntung dalam arti kata mungkin saat ini produk anda relatif baru dan unik dan belum mempunyai pesaing, atau peraturan-peraturan pemerintah yang ada saat ini memproteksi usaha anda dari pesaing lain, mungkin saja anda beruntung mempunyai jaringan pasar yang relatif hanya percaya kepada anda, atau anda mempunyai pelaksana operasional penjualan dan produksi yang selalu bekerja keras dan beruntung, atau sebab-sebab keberuntungan lain.

Praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien adalah mutlak untuk dapat mencapai, mempertahankan dan secara terus-menerus memperbaiki kinerja perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan besar bagi perusahaan yang mempunyai kinerja tinggi namun tidak menerapkan praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien adalah: bagaimana mempertahankan dan memperbaiki kinerja tinggi yang ada sekarang? Bagaimana cara mengantisipasi perubahan di pasar dan perubahan internal? Bagaimana cara memberdayakan karyawan untuk kemajuan perusahaan? Apa yang harus dilakukan apabila manajemen tangguh dan ahli-ahli yang sekarang ada tidak bekerja lagi di perusahaan ini?

Praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien diperlukan untuk proses-proses penting disemua lini. Proses-proses penting tentunya mencakup proses pembuatan strategi dan perencanaan, serta proses-proses rutin, misalnya proses inovasi produk dan jasa, pemasaran, penjualan, proses produksi, pelayanan pelanggan, distribusi, pendanaan, pembelian, beserta seluruh proses-proses pendukungnya. Di dalam proses-proses tersebut diperlukan penjabaran peran dan tanggung jawab serta aliran proses dan informasi.

Standardisasi, penerapan standar di seluruh cabang, pengukuran dan perbaikan berkesinambungan terhadap praktik-praktik kerja tersebut menjadi kunci keberhasilan utama dalam pencapaian dan kelangsungan kinerja yang superior.

Penting untuk diingat juga bahwa praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien juga diperlukan dalam proses perbaikan berkesinambungan yang mencakup identifikasi, pengukuran dan pemecahan masalah,  dan pengambilan keputusan yang efektif.

Sumber daya manusia yang handal.

Kinerja yang superior tidak datang dengan sendirinya, dan praktik-praktik kerja yang efektif dan efisien memerlukan sumber daya manusia yang handal dalam menerapkannya. Sumber daya manusia yang handal diperlukan di semua tingkatan dan lini di dalam organisasi. Sebuah organisasi tidak cukup untuk hanya mempunyai manajemen yang handal karena untuk tumbuh menjadi besar setiap individu di dalam perusahaan harus berperan dengan baik dalam menyelesaikan tugasnya, dan juga mengambil peran dalam pemecahan masalah dan  perbaikan terhadap proses-proses yang ditanganinya.

Sumber daya manusia yang handal harus dikaitkan dengan teori pemberdayaan dan kerjasama tim. Dengan pemberdayaan yang baik, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dapat dilakukan pada tingkatan sedekat mungkin dengan pelaksana tugas, dengan kata lain seorang operator mesin harus dapat mengidentifikasi abnormalitas yang mungkin terjadi saat menjalani tugasnya, kemudian melakukan pemecahan masalah atau melaporkannya kepada pihak yang lebih mampu dan berwenang. Pemberdayaan karyawan mencakup 4 aspek yaitu kemampuan, keinginan, kewenangan, dan rasa kepemilikan dan  tanggung jawab yang baik. Ke 4 aspek ini akan memastikan praktik-praktik kerja untuk proses-proses penting di perusahaan dapat dijalankan dengan baik oleh para pengemban tugasnya. Disamping kemampuan menjalankan praktik kerja dan mengelola proses maka para karyawan juga diharuskan berkemampuan melakukan perbaikan berkesinambungan (continuous improvement), pemecahan masalah, dan kerjasama tim. Sumber daya manusia disini mencakup sumber daya di manajemen puncak, manajemen lini dan menengah, ahli-ahli dan spesialis, dan ujung tombak di lini masing-masing termasuk salesman dan operator. Tentunya pemecahan masalah dan perbaikan berkesinambungan di tingkat manajemen puncak harus lebih difokuskan pada hal-hal strategis, dan ini hanya akan dapat terealisasi dengan baik apabila pemberdayaan karyawan pada tingkat-tingkat di bawahnya telah terlaksana dengan baik.

Penutup: Apakah Perusahaan Kelas Dunia?


Akhirnya secara singkat predikat Perusahaan Kelas Dunia akan dapat diwujudkan melalui pencapaian kinerja tinggi yang didukung oleh penerapan praktik-praktik kerja terbaik yang terstandardisasi dan secara terus menerus diperbaiki oleh sumber daya manusia yang handal dan terberdayakan secara tepat. Perusahaan Kelas Dunia adalah kombinasi Excellence di dalam Kinerja (Performance), Praktek-praktek Kerja (Practices), dan Sumber Daya Manusia (People).


Tertarikkah kita untuk menjadikan perusahaan kita menjadi Perusahaan Kelas Dunia? Terpanggilkan anda untuk menjadikan bank kita mempunyai Daya Saing yang jauh lebih baik dari saat ini? kami masih akan mengulas hal ini dalam beberapa artikel lebih lanjut dan mungkin jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih anda punya akan dapat ditemukan disana.

Salam,