Selasa, 01 Desember 2015

Bagusan mana: over promise under deliver VS Under promise over deliver ?

OVER PROMISE UNDER DELIVER!

“Bagusan mana: over promise under deliver dibandingkan dengan under promise over deliver?”. Tanya rekan saya saat kami meeting  di kantor yang sama di industri oil&gas lalu. “Ya, tentunya bagusan under promise over deliver lah“, jawab saya.  Quote ini umum dan biasa di pakai dalam dunia marketing atau dunia sales. Over promise (janji manis) tetapi hasil nyata yang dikirimkan sedikit (under deliver) adalah tidak disukai oleh pimpinan atau atasan, tidak sesuai ekspektasi dengan janji yang diucapkan. Yaa, beda tipislah sama NATO (No action talk only) walaupun agak mendingan, karena ada hasilnya sedikit.  Sedangkan under promise (tidak muluk janji) tetapi hasil yang diproduksi berlebih (over deliver) pasti adalah  ‘tidak yang terlalu’ disukai atasan. Lho, kenapa? Seharusnya disukai dong?. Alasannya karena awalnya terlihat seolah tidak percaya diri dari seorang marketing tentang pipeline yang dimilikinya dan pada saat terjadi dimana  pipelinenya benar-benar menjadi  closing membikin atasan terkejut dan timbul pertanyaan “Kok bisa? Pakai cara apa kamu? Ilmunya apa? Belajar sama siapa?”.  Wah, kalau punya atasan seperti ini sih membuat jadi dongkol yah, under deliver salah over deliver juga salah! He-he, ngak lah saya bercanda, pasti atasan senang kok sama yang ‘OVER DELIVER’.

Dalam berjualan, pipeline atau list prospek nasabah bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh yang menghidupi sel-sel tubuh kita. Seorang sales atau marketing yang ‘jago’ pun tahu akan hal ini, jika pipeline sedikit maka jumlah bookingan akan sedikit, apalagi pipeline nominalnya juga kecil semakin kecil pula insentif yang ia dapat. Tidak ada pipeline adalah yang paling ditakuti seorang RM/RO. Ia akan loyo bagaikan tubuh kurang darah, lemah, letih, lesu. Hal ini hampir dialami oleh semua marketing. Hidup naik  turun adalah hal biasa. Kadang diatas kadang dibawah seperti roda pedati yang berputar.

Disisi lain banyak pipeline tentu membuat hidup bergairah, badan segar, langkah cepat dan percaya diri lagi tinggi-tingginya. Siapapun marketing pada situasi ini akan berseri-seri dan senyum lebar selalu tersungging dibibirnya. Melihat langit birunya indah, melihat rumput begitu hijaunya, disekelilingnya serasa penuh warna bunga-bunga merah, kuning, hijau dan putih. Apalagi sudah pipelinenya banyak, besar pula nominalnya, beuuh terbayang insentif dan reward yang  didapat.

Eiit, tunggu dulu! Jangan slip, “kawal ketat” pipeline anda, karena pipeline adalah hanya pipeline, ia belum berarti apa-apa jika tidak terjadi closing atau menjadi booking.

Di tempat kerja saya dahulu, marketing yang banyak pipelinenya biasanya sesumbar kepada pimpinannya bahwa pipeline yang ada akan segera menjadi booking/closing oleh karena itu jangan takut dan gundah karena bisnis akan jalan lancar (kata marketing kepada atasannya).  Dia menjanjikan Pipeline yang besar itu pasti cair, pasti closing dan tidak ada masalah yang menghambatnya. Dan, pada saatnya tiba, betul saja pipeline yang besar menjadi closing! Nah, ini yang dinamakan “Over promise Over Deliver” (obral janji dan memang lebih hasilnya) karena nyatanya closing-an nya lebih besar daripada nominal dalam pipelinenya! Hihi..kalau kejadian seperti ini yaa tentu saja pimpinan senang dan kamu sebagai marketingnya juga senang. Namun sayang hal seperti ini jarang terjadi.

Kejadian sebaliknya adalah banyak pipeline (katanya), namun jika dilihat pipeline yang hot ( yaitu akan closing segera) dan berkualitas ternyata sedikit saja, tetapi janji sama atasan akan ada pipeline yang banyak dan besar yang akan closing dan cair, dan pada saat akhir bulan saatnya closing nyatanya tidak ada cair. Ini lah yang dinamakan “Over promise and  under deliver”.  Tentu sikap seperti ini tidak baik dan jangan dilakukan. Atasan pun akan marah.

Namun diatas itu semua sikap yang paling baik menurut hemat saya adalah seperti ilmu padi yaitu semakin berilmu semakin menunduk sama seperti pernyataan diatas “under promise and over deliver” (sedikit janji tetapi hasil nyata berlebih) karena ini adalah sikap rendah hati dari seorang marketing.  Setuju kan?


Happy Selling !

Kamis, 26 November 2015

Tentang Mendidik - Lebih baik dihukum daripada di bantu!

LEBIH BAIK DIHUKUM DARIPADA DIBANTU!

Hari Rabu lalu adalah hari guru, tanpa direncanakan sama sekali, saya mendidik puteri saya dengan didikan terkeras yang pernah saya lakukan pada hari itu, dan pernah dialami ketiga anak saya: yakni mengabaikan permintaan untuk mengantarkan  sebuah barang ke sekolah.

Setiap pagi seperti biasa saya mengantarkan puteri saya ke sekolah. Tadi pagi, begitu dia sudah sampai sekolah,  puteri saya menelpon mamanya, mengabarkan bahwa baju ganti untuk sebuah kegiatan ekskulnya ketinggalan. Awalnya, saya dan istri berpikir bahwa dia ketinggalan baju itu (sudah dalam tas khusus) di dalam kamarnya. Ternyata tas yang berisi baju ganti itu ada di dalam mobil saya, dan berada persis di bagian kaki tempat duduknya tadi!

Anak saya memohon agar papa mengantarkan baju itu karena dia ada pengambilan nilai untuk ekskul yang dia ikuti – karena tas yang ketinggalan berisi kostum untuk pengambilan nilai itu. Istri saya menjelaskan pentingnya nilai itu dan ingin saya agar segera kembali untuk mengantarkan ke sekolah anak kami.

Tetapi setelah menimbang-nimbang untung ruginya, saya memutuskan untuk tidak mengantar baju itu ke sekolah, karena baju itu ketinggalan di mobil tersebab keteledoran anak saya sendiri, sehingga dia harus merasakan konsekuensi dari keteledorannya.

“Bagaimana kalau nilai ekskulnya jelek karena pakaian ini tidak diantar?” ujar istri saya mencoba mengubah keadaan. Saya bergeming dengan keputusan, “Tidak apa-apa sesekali dia tidak mendapatkan nilai akibat keteledorannya, sehingga besok-besok dia harus lebih seksama terhadap semua kebutuhan sekolahnya.”

Bagi saya, mendidik anak bukan hanya memuji bila mereka berhasil mencapai prestasi yang mereka inginkan, tetapi juga untuk tidak  selalu ‘mengerti  dan memaafkan’ keteledoran anak, sebagai bagian dari membuat tanggung jawabnya lebih matang.

Ketika sikap ini saya sampaikan via telpon saat putri kami menelepon kembali agar pakaiannya segera diantarkan, jawaban saya membuat dia tercenung dan berulang kali bilang, “Maaf ya, Pa.”

Saya jawab ,”Kamu tidak perlu minta maaf sama papa, tapi kamu harus minta maaf pada guru ekskul yang hari ini kamu ikuti ujiannya. Kalau guru kamu membolehkan kamu ikut ujian tanpa kostum yang sesuai, alhamdulillah. Tetapi kalau guru kamu tidak mengizinkan kamu ikut, maka gurumu tidak salah. Kamu akan belajar supaya besok lebih hati-hati untuk tidak ketinggalan sesuatu yang sudah kamu bawa sendiri sebenarnya.”

Dia terdiam, dan kemudian minta izin agar telepon dimatikan.

Anak saya pasti sedih sekali hari itu. Tetapi dia akan belajar sesuatu yang sangat besar dari kesedihannya, bahwa pendidikan tidak hanya menyangkut menuai pujian demi pujian, tetapi juga menyadari bahwa tindakan keras yang saya lakukan adalah karena saya cinta sekali kepadanya, sehingga ingin dia tumbuh sebagai anak yang tidak selalu “disuapi” setiap saat, setiap waktu. Kecuali di saat-saat darurat di mana masalah terjadi di luar jangkauannya.

Mungkin hari itu dia tidak dapat nilai ekskul, tapi  dia jelas akan mendapatkan sesuatu yang LEBIH BESAR dari sekedar angka belaka.

Selamat mendidik.


Happy Selling!

Minggu, 22 November 2015

BUKALAH PIKIRANMU - Minds are like a parachutes they work best when open

MINDS ARE LIKE A PARACHUTES; THEY WORKS BEST WHEN OPEN!

Diterjemahkan ke dalam bahasa : Pikiran adalah seperti parasut dia akan bekerja dengan baik ketika pikiran itu membuka dirinya. Apakah anda setuju dengan quote diatas? Apakah anda seorang yang perfeksionis?. Eh, tunggu dulu jangan cepat-cepat jawabnya. Apa hubungannya pikiran yang terbuka (open mind) dengan perfeksionis? Nanti saya ceritakan  hubungannya dibawah dalam tulisan ini. Sebelumnya sebagai pengetahuan bersama bahwa manusia terdiri dari jasad dan roh. Jasad adalah tubuh yang bisa kita pegang kita rasakan dan kita cium. Sedangkan roh adalah sesuatu yang tidak bisa kita pegang (intangible) tapi bisa kita rasakan dengan hati kita. Oke sampai disini saja ngomong jasad dan rohnya karena saya tidak mau bahas lebih mendalam dan bukan bidang saya juga.

Yang mau saya bahas adalah pikiran. Pikiran adalah hasil kerja dari otak. Pikiran adalah apa yang kita pikir atau apa yang sedang kita rencanakan dalam otak kita untuk melakukan atau berbuat sesuatu. Biasanya pikiran dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, pendidikan, budaya dan nilai-nilai yang kita peroleh sejak dari kecil hingga dewasa seperti sekarang ini.  Pikiran yang menggerakkan anggota tubuh kita dan pikiran yang mendorong kita untuk bicara dan bertindak. Kita akan leluasa berpikir dan berbicara sesuatu hal kalau kita pernah mengalami kejadiannya atau kita sudah pernah berbuat. Apalagi pengetahuan tentang informasi yang didapat mendukung. Karena bertambahnya usia dan pengalaman hidup seharusnya kita tidak takut menghadapi masalah kehidupan yang ada. Manusia selalu mempunyai masalah (problem) dan masalah akan diselesaikan hanya dengan cara kita berpikir yang jernih. Nah, pikiran yang jernih hanya didapat jika kita bersikap tenang, tidak emosi dan open mind. Teorinya sih gampang begitu tapi sering kali pikiran kita tercampur aduk dengan emosi, ego mau menang sendiri dan tidak mau mendengar. Sehingga dalam berpikir memecahkan sesuatu pengennya cepat selesai eh malah menjadi tambah kacau. Tidak terjadi win-win solution. Perlu diingat cara berpikir dan memecahkan masalah pribadi dengan masalah kerjaan adalah tidak sama (atau sama ya? He-he). Kalau masalah pribadi apakah masalah dengan pasangan, orang tua, anak, teman main dan saudara kita umumnya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Kalau masalah kerjaan berbeda, bedanya di tempat kerja apa yang kita mau belum tentu sama dengan apa yang perusahaan mau. Karena perusahaan tentunya mempunyai aturan-aturan baik tertulis berupa  S.O.P, KDPO, S.E dan aturan tidak tertulis yaitu berupa etika dan moral. Apakah jika terjadi masalah di perusahaan bisa diselesaikan secara kekeluargaan? Bisa ya bisa tidak tetapi harus dipenuhi dahulu aturan yang ada diperusahaan tersebut, bukan!.

Ups..sorry agak ngelantur tentang masalah demi masalah. Yang saya mau jelaskan dalam paragraf pertama diatas, hubungan antara open mind dengan perfeksionis adalah sebagai berikut: Dalam cara berpikir seorang yang perpeksionis (merasa sempurna dalam segala hal) karena pengetahuan, pengalaman dan pendidikan yang tinggi orang perfeksionis ini umumnya tidak mau mendengar saran dan kritik orang lain sehingga menutup setiap informasi yang tidak diperoleh dari luar pengetahuannya. Ia menjadi kaku, keras atau keukeuh dalam berpendirian. Sikap seperti ini umumnya ada dalam diri perfeksionis. Karena orang perfeksionis merasa dirinya benar. Pikirannya menutup atas informasi dari luar. Disinilah saya merasa sedih, karena saya dahulu menjadi seorang perfeksionis seperti ini. Dan pada titik itulah saya jatuh. Saya tidak mau mendengar kritikan dan inputan karena merasa sayalah yang paling benar. Dan saya membahayakan diri saya sendiri.  Saya tidak “open mind” sehingga pikiran tidak berjalan dengan baik. Betul kata teman saya yang memberi  quote diatas “pikiran hanya bekerja saat dibuka”. Untungnya saya cepat sadar. Maka jadilah Perfeksionis yang open mind.

Coba bayangkan anda mengikuti suatu training tetapi omongan dan ilmu yang diajarkan oleh guru anda tidak didengarkan. Otak anda yang membuat pikiran tidak dibuka. Tentu pastinya berapapun training yang anda ikuti, siapapun guru yang mengajar dan berapapun ilmu yang diberikan niscaya tidak akan kita peroleh. Sayang sekali bukan!

Anyhow, parasut kalau tidak dibuka tidak ada gunanya so bukalah pikiran kita untuk menerima informasi apapun yang bermanfaat bagi karir kita.


Happy Selling!

TAIKO - Membuat Burung Berkicau!

BAGAIMANA MEMBUAT SEEKOR BURUNG BERKICAU!

Pertanyaannya:
“Bagaimana jika seekor burung tak mau berkicau?”.
Nobunaga menjawab: “Bunuh saja!”.
Ieyasu menjawab: “Tunggu”.
Hideyoshi menjawab: “Buat burung itu ingin berkicau”.

Oda Nobunaga, Tokugawa Ieyasu, Hideyoshi Nokotomi adalah tiga tokoh penting yang menjadi legenda negeri Jepang karena mereka adalah yang mempersatukan Jepang setelah Jepang porak poranda akibat perang saudara setelah Ke Shogunan Jepang runtuh. Tiga tokoh dengan tiga Karakter yang berbeda-beda inilah yang mempunyai keinginan yang sama untuk menyatukan Jepang dan membuat Jepang kuat hingga sekarang. Cerita negeri Jepang ini adalah kisah nyata terjadi di tahun 1500 an dan ternukil dalam buku novel yang berjudul “TAIKO” karya Eiji Yoshikawa yang juga penulis Musashi. Novel ini sendiri saya baca saat masih SMA dahulu (artinya sekitar 20-an tahun yang lalu! sudah lama juga ya he-he, bukunya mempunyai tebal 1143 halaman). Butuh waktu dua minggu membacanya. Cerita ini masih terngiang dan tersimpan dalam memori saya karena plot cerita yang kuat dan karakterisasi yang tergali dengan baik membuat saya betah membaca dari awal sampai akhir tanpa jeda.

Kembali kepada cerita ini, Nobunaga digambarkan adalah seorang panglima perang, ketua marga dan pemimpin yang dihormati. Ia sangat keras dan sikapnya tidak pernah tedeng aling-aling, kejam tak mengenal kompromi baik kepada musuh maupun pengikutnya. Jika pengikutnya melakukan sedikit kesalahan maka ia tak segan segan untuk menghukumnya hingga sampai “seppuku” (bunuh diri ala Jepang) jika perlu diminta dilakukan kepada pengikutnya. Sementara Ieyasu digambarkan adalah seorang priyayi bertubuh agak tambun dan bermuka tenang.  Ia merupakan pemimpin yang sangat sabar dan penuh pemikiran sebelum bertindak.  Sedangkan Hideyoshi digambarkan berwajah seperti monyet, bertubuh kecil dan kerempeng. Ia pekerja keras dan terlahir sebagai anak petani bukan sebagai bangsawan seperti Nobunaga dan Ieyasu. Tetapi Hideyoshi adalah negosiator ulung dan pandai. Ia bisa membuat orang yang awalnya tidak percaya menjadi luluh dan sepenuhnya mendukung keinginan Hideyoshi. Dalam perjalanan hidupnya ia mengalami beberapa hal yang membuatnya belajar mengenal sifat manusia. Dari seorang yang sederhana, berkat kecerdikan dan ketulusannya Hideyoshi memperoleh kepercayaan dari orang-orang. 

Nobunaga menjawab pertanyaan diatas adalah bunuh burung itu karena menurutnya seekor burung haruslah bisa berkicau namanya juga burung ujarnya, kalau tidak berkicau bukan burung namanya maka bunuh saja! Memang begitulah karakternya. Ieyasu menjawab tunggu, karena siapa tahu burung itu nantinya dapat berkicau tapi kapan waktunya ya sabar tunggu saja sampai bisa berkicau. Beuuh.. kalau anak jaman sekarang bilang capek deh!. Hideyohi menjawab  buat burung itu berkicau, maksudnya adalah ajarin dia, contohin dia, rayu dan pancing burung itu agar berkicau, artinya ada usaha secara persuasif dahulu untuk membantu burung berkicau.

Terlintas dalam pikiran saya di negara kita di Indonesia karakter Prabowo mungkin ya seperti Nobunaga, SBY seperti Ieyasu dan Pak Jokowi adalah Hideyoshi. Betul ngak? He-he, belum tentu benar sih tapi kok ya kira-kira begitulah persepsi saya. Tetapi perlu dicatat bahwa tidak ada yang salah dari ketiga tokoh Jepang dan karakter mereka itu. Memang ada warna atau perbedaan karakter dalam memimpin tetapi mimpinya dan tujuannya sama yaitu sama-sama ingin menyatukan dan membangun agar lebih baik.

Nah, jika kita melihat dalam diri kita sebagai seorang pemimpin atau sebagai atasan yang ditugasi untuk membangun sebuah team dan dihadapkan dengan anggota team yang sulit untuk “berkicau” atau maksudnya tidak sesuai dengan ekspektasi anda, apakah yang akan dilakukan? Akankah anda akan berlaku seperti Nobunaga, Ieyasu atau Hideyoshi? sulit yah untuk jawabnya. Itu semua tergantung anda bagaimana memerankannya tetapi yang penting dan menjadi poin adalah usaha-usaha-usaha, kerja-kerja-kerja dahulu baru kemudian tentukan sikap mau jadi seperti apa.  

Anyhow, jangan lupa berdoa dan tetap semangat yah!

Happy Selling !!    

Minggu, 29 Maret 2015

Laku pandai ! Layanan bank nirkantor


WELCOME OH TEKNOLOGI !
 
“Jangan sedih nak hanya karena mempunyai wajah tidak cantik begitu kamu lahir di dunia ini yang penting lengkap sebagai manusia ada tangan, kaki, mata hidung dan lain-lainnya lengkap”, bagitu ucapan dari seorang Ayah menasehati anak perempuannya yang mempunyai wajah biasa-biasa saja.“Maksud ayah apa? Apakah aku bisa mempunyai wajah cantik seperti Cinderella atau bintang film korea?”, tanya anak perempuannya. “Itu yang Ayah maksudkan, dengan teknologi jaman sekarang wajah kamu bisa dibentuk sesuai apa yang kamu mau. Mau cantik dengan hidung mancung, pipi tirus, dagu lancip dan mata lebih bulat semua bisa dilakukan dengan teknologi  operasi wajah yang sudah sangat sempurna dan kamu bisa cantik serupa dengan artis korea-korea itu”, ujar sang Ayah menerangkan kepada putrinya.

Betul  di jaman era sekarang ini dan kedepannya dengan teknologi yang berkembang perilaku orang-orang akan berubah dan kita harus menyadarinya karena mau tak mau kita hidup sudah masuk dalam jaman era teknologi maju. Teknologi IT (digital) khususnya berkembang begitu pesat layaknya mengedipkan mata saja dimana semalam tidak ada tetapi besok paginya sudah punya teknologi IT yang terbaru misalnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan pekerjaan manusia. Dalam dunia perbankan teknologi IT akan menguasai operasional dan pemasaran dunia perbankan. Bank yang tidak mempunyai teknologi IT yang mumpuni akan mulai pelan-pelan di tinggalkan oleh nasabah untuk melakukan tranksaksi perbankannya.

Di seminggu terakhir ini dunia perbankan diramaikan dengan munculnya layanan perbankan nirkantor (branchless banking) atau dinamakan oleh OJK “Laku pandai” yaitu layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif. Dalam laku pandai ini pihak ketiga atau agen dimana bisa pedagang atau masyarakat dapat menjadi kepanjangan tangan bank dalam melayani nasabah bank untuk melakukan transaksi keuangan. Saat ini transaksi yang ada adalah pengisian pulsa telepon seluler dan pembelian pulsa listrik (prabayar dan pascabayar), pembukaan rekening dan setor tunai tabungan. Bahkan kedepannya para agen laku pandai ini dapat melayani kredit. Ini adalah Inovasi dalam dunia perbankan!  Kenapa? Karena akan merubah perilaku masyarakat kita, yang biasanya tidak melek teknologi digital tetapi sekarang akan melek digital dan sasarannya adalah pedagang kecil di pasar-pasar dan masyarakat penggiat ekonomi desa. Bagi saya ini “sesuatu yang luar biasa” karena mengaplikasikan kepada masyarakat kecil terlebih dahulu dimana mereka adalah populasi terbesar di negara kita.  Bagi saya yang menjadi tidak luar biasa heran adalah pada saat Bank Mandiri memiliki Direktur Utama yang mempunyai latar belakang dari orang Consumer Banking bukan dari bagian Corporate karena biasanya ada tradisi yang menjadi Dirut bank adalah selalu mereka yang mempunyai latar belakang Corporate. Tetapi ternyata sang Dirut adalah  ahli teknologi dan seorang visioner dalam dunia IT.  Maaf ini hanya pemikiran saya saja karena berita-berita yang muncul selalu Dirut bank Mandiri yang digandeng OJK dan pemerintah dalam memasyarakatkan kampanye bank nirkantor ini.

Kembali kepada topik diatas lantas bagaimana perilaku kita sendiri sebagai orang yang bergerak di dunia bank apakah kita telah siap dengan perubahan ini? Atau kita akan sebagai konsumen saja sama seperti pedagang yang menjadi agen laku pandai? He-he. Selalu ada pilihan dan pilihannya terserah anda karena siap tidak siap kita sudah masuk dalam era digital.  Welcome digital!.

Happy Selling !

Selasa, 03 Maret 2015

Logika Berpikir !


 TEMUKAN POLANYA!


What’s the next line…

      2233355688889

      223325164819

      22231215111614181119

 ________________________

Pertanyaannya adalah anda diminta untuk mengisi angka-angka selanjutnya di bawah garis setelah baris ketiga. Bisakah? Dapat angkanya berapa saja? Pertanyaan ini saya sampaikan bulan Februari lalu kepada peserta training Basic Investment di Pekanbaru dihadapan RO (Relationship Officer), CS (Customer Service) dan Pimpinan Capem. Lima menit waktu yang diberikan tidak ada yang jawab, mereka kutak kutik angka agar dapat jawabannya. Waktu ditambah tiga menit lagi! Masih belum ada yang jawab. Kemudian saya katakan “Kisi-kisinya adalah tolong baca angkanya apakah ada pola disana, dan bagaimana bekerjanya” Satu menit sebelum saya tutup ada seorang CS yang berani maju dan mulai memberikan jawaban angka demikian: 3213111211153116111411183119 Nah, ini adalah jawaban yang betul. 


Bagaimana itu bisa terjadi terlihat ada polakah disana? Mari kita lihat baris ketiga, angka 2 nya ada 3 dan subjeknya adalah 2 maka ditulis 32, kemudian angka 3 nya ada 1 dan subjeknya adalah 3 maka ditulis 13, selanjutnya angka 1 nya ada 1 dan subjeknya adalah 1 maka ditulis 11, selanjutnya angka 2 nya ada 1 dan subjeknya adalah 2 maka ditulis 12 selanjutnya saya pikir anda sudah bisa lanjutkan dan ketemu angka seperti diatas. Ya betul jika kita sudah ketemu polanya maka kita akan mudah dapat menebak angka selanjutnya. Ini masalah logika matematika bukan hitung-hitungan yang rumit bukan “rocket science”.

Matematika adalah ilmu pasti, mungkin itu yang sering kita dengar dari guru kita. Padahal itu belum tentu karena matematika sebetulnya adalah ketidakpastian. Nah lo, contohnya satu ditambah satu sama dengan dua itu betul jika bilangan persepuluhan tetapi satu ditambah satu jika bilangan biner hasilnya tentu bukan dua. Kata para ahli matematika, matematika adalah bahasa saja. Ia hanya lambang-lambang saja yaitu + (tambah), - (kurang), = (sama dengan), dan sebagainya. Ini jika dipahami orang maka matematika adalah sama seperti bahasa sehingga logika berpikir orang yang membacanya akan sama dan timbul kesepakatan yang sama juga.

 Logika akan berjalan jika ada pola yang sama dan kejadian yang berulang sehingga memudahkan orang akan membacanya. Contoh kemacetan di pagi hari saat orang pergi ke kantor akan berbeda pada siang harinya yang tidak macet. Dan macetnya pun akhirnya bisa kita hitung antara 10 menit hingga 15 menit setiap harinya. Kenapa kita bisa hitung? Karena ada polanya.

Saya ungkapkan saat kami susun PTP di BMD pertama kali tiga tahun yang lalu, kami belum tahu berapa target kredit yang pas buat anak-anak marketing? Berapa besar target untuk PRK dan berapa besar untuk Akseptasinya. Apakah sudah ada target PTP sebelumnya? Tidak ada. Lantas bagaimana cara menetapkan target per masing-masing marketing. Cari polanya (pasti ada pola, hanya belum teratur) yaitu hitung berapa banyak jumlah cabang dan berapa orang jumlah marketing per orangnya. Kemudian lihat kue target secara nasional berapa besar yang diinginkan Direksi. Nah, jika sudah tahu kue target nya maka mudahnya adalah tinggal di bagi ke masing-masing target individu marketing cabang. Karena belum ada historisnya maka jadikan angka target per masing-masing marketing adalah sama yaitu 2 milyar target kredit per orang per bulan tanpa dibedakan segmen, golongan dan kelas cabangnya. Kenapa angka 2 milyar muncul karena dibuatkan simulasi sehingga secara nasional total angka target akan di dapat. Target sementara dibuat “komunis” yaitu sama untuk semua marketing. Di sinilah terjadi pola yang bisa diukur. Dalam perkembanganya kini karena sudah tahu polanya maka kami bersama Divisi Marketing tidak terlalu sulit mengukur dan membuat simulasi target PTP berdasarkan segmen, golongan, kelas cabang dan produk apa saja yang dijual dengan detail.

 Begitupun perhitungan KPI yang dibuat berdasarkan pola yang ada misalnya mengukur berapa jumlah training yang kita ikuti, yaitu bukan berapa banyak ikut training tapi adalah jumlah jam training yang dihitung dimana 1 hari adalah 8 jam (man days) jika trainingnya hanya dapat 4 jam berarti banyaknya training anda adalah ½ hari. Artinya semuanya bisa dihitung semua bisa diukur semua bisa ditebak jika kita tahu polanya. Oleh karena itu perhatikan pola bekerja anda dan lihat bagaimana pola bisa bekerja apakah anda bisa ukur diri anda sendiri jika pipeline yang dihasilkan selama satu bulan hanya 1 saja sementara teman marketing lain bisa closing 5. Jika ini terjadi ada yang salah dari pola kerja anda oleh karena itu tugas anda sebagai marketing adalah untuk temukan pola kerja anda. Bisa ‘kan?

Happy Selling !

Senin, 23 Februari 2015

Hard Work VS Smart Work !



Lihat gambar disamping. Apakah anda sudah dapat menjelaskan kepada saya apa itu kerja keras dan apa itu kerja cerdas? Dua gambar di samping ini adalah ilustrasi bagaimana burung itu berusaha untuk mendapatkan air dalam bejana untuk ia bisa minum. Burung Gagak (katakanlah jika jenis burung ini adalah Gagak) melakukan usaha dengan meletakkan batu-batu kecil dengan paruhnya ke dalam bejana dengan harapan lama kelamaan batu-batu yang ditumpuk itu membuat air yang berada di seperempat bawah bejana akan terangkat keatas dan terjangkau oleh paruhnya untuk kemudian diminum. Lama kah pekerjaan ini? Dan berapa banyak batu yang harus dikumpulkan agar air ke atas? Kerja kayak begini pasti lama, apalagi mengumpulkan batu-batunya yang belum tentu ada disekitar situ. Capek dehh!. Bandingkan jika burung Gagak tersebut melakukan usaha seperti gambar di sebelah kanannya. Ia menggunakan alat sedotan (pipet) yang panjang untuk menjangkau air untuk dapat meminumnya. Cerdas bukan!. Dengan menggunakan alat yang tepat dan usaha yang minimal tidak perlu bersusah payah, maka dengan waktu yang singkat burung tersebut dapat merasakan nikmatnya air dan mengobati kehausannya. Jadi apa itu kerja keras dan apa itu kerja cerdas? Sudah tahu ‘kan sekarang. 


Per definisi kerja keras adalah bekerja dengan waktu yang cukup lama dan menggunakan energi sebesar mungkin. Untuk dapat mendapatkan energi yang besar berarti kita harus fokus dan fokus memang membutuhkan energi yang besar. Sedangkan definis kerja cerdas adalah bagaimana kita bekerja se-efesien mungkin dengan hasil yang lebih besar untuk usaha yang sama. Atau hasil yang sama dengan usaha yang lebih sedikit. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menggunakan leverage atau alat (tools) bantu atau alat  ungkit. Seperti ilustrasi diatas burung Gagak menggunakan sedotan (sebagai alat bantunya) bukan dengan meletakkan batu-batu kecil untuk mendapatkan air dalam bejana. Walaupun batu itu juga termasuk alat bantu tapi tidak tepat.

Sekarang ini banyak para motivator mengatakan ‘Kerja cerdas lebih baik daripada kerja keras’ atau ‘tak perlu kerja keras lebih penting kerja cerdas’. Apakah betul demikian? Sebagian orang berpendapat betul adanya tetapi ada juga yang berpendapat tidak sepenuhnya benar. Terus terang jaman sekarang banyak teman-teman di luar sana sudah mengerti betul apa itu kerja keras dan apa itu kerja cerdas. Mereka melakukan hanya kerja cerdas saja karena memang diminati dan hasilnya luar biasa cepat. Instant! Tetapi kerja cerdas ditenggarai hampir sama dengan atau beda-beda tipis dengan licik. Kenapa? Karena saking ingin kerja cerdasnya dia menggunakan faktor pengungkitnya adalah temannya sendiri dan tanpa sadar temannya telah dimanfaatkan untuk dapat bekerja untuknya. Ini adalah cerdasnya! Tapi itu ngak apa-apa apabila teman kita tidak menyadarinya he..he..he.. Toh, dalam ilmu Management bukankah ada ajaran yang menyatakan bahwa sebagai Leader yang baik adalah dapat me-leverage pekerjaan kepada orang yang cocok dan mempunyai kompetensi yang sesuai. Kebetulan saja orang itu teman kita. Apakah kerja cerdas saja cukup? Menurut hemat saya secara pribadi kerja keras adalah lebih mulia ketimbang kerja cerdas, kenapa? Karena biasanya orang bekerja keras itu orang yang pantang menyerah dengan mengorbankan tenaga dan waktunya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Memang hasilnya tidak bisa instant tetapi umumnya akan bertahan lama dan dihargai orang karena usahanya. Adapun kerja cerdas menurut saya dapat dipelajari dengan mudah jika anda mempunyai ilmunya. Apa itu ilmunya? Ilmunya adalah banyak bertanya kepada orang yang ahli dan sudah berpengalaman (subject matter expert) dan gunakan prinsip SMART dalam menentukan target kerja. SMART adalah Specific (harus spesipik targetnya), Measurable (dapat diukur), Action (harus bertindak jangan NATO – no action talk only), Realistic (harus realistic dengan sumber daya yan ada) dan Time (tetapkah waktunya dengan jelas kapan). Selanjutnya adalah gunakan alat-alat dalam bekerja, apa itu? alat untuk bekerja cerdas sebagai Marketing adalah alat sales monitoring dan alat ukur lainnya yaitu PTP dan pipeline. Pastikan juga anda paham memakainya.

Suatu ketika teman baik saya yang tinggal di Paris dan sudah tinggal empat tahun di sana datang kembali ke Indonesia dan minggu lalu saya bertandang ke rumahnya dan mendengarkan cerita-cerita teman saya saat di Paris itu, mulai dari tempat tinggalnya, tempat rekreasinya, kendaraannya, alamnya, udaranya, orang-orang pekerjanya, gedung tempat kerjanya, menara Eifelnya, makanan dan minumannya, kesukaan orang Perancis bahkan french kiss-nya, dan ajaibnya hanya dalam dua jam saya tahu segalanya tentang Paris dari teman saya yang sudah empat tahun tinggal disana itu. Jadi saya tidak perlu repot-repot ke Paris untuk tahu tentang Paris cukup bertanya saja kepada orang yang sudah tinggal di sana. Itu termasuk kerja cerdas bukan!. Mengerti ‘kan maksud saya? Kalau belum, artinya anda belum cerdas he..he..he.. bercanda kok.



Happy Selling !

Minggu, 22 Februari 2015

Good - Cheap - Fast ! (Tentang Service)





Perhatikan kalimat di gambar samping ini.

Kami menawarkan tiga jenis Service:

BAIK - MURAH - CEPAT

Anda hanya dapat pilih dua diantaranya:

Service BAGUS DAN MURAH tapi tidak CEPAT

atau

Service BAGUS DAN CEPAT tapi tidak MURAH

atau

Service CEPAT DAN MURAH tapi tidak BAGUS


Mana yang anda akan pilih? Apakah betul layanan yang baik dan harganya murah pasti tidak cepat? Contohnya apa ya? Pertama misalnya anda makan di sebuah restoran dan anda sedang berdua dengan pacar anda dimana pelayannya ramah, tempatnya rapi, wangi dan tertib tetapi pelayannya mengatakan bahwa pesanan anda akan tersedia dalam waktu 2 jam apakah akan terima? Ada yang menjawab ngak apa-apa toh tujuannya bukan makan, tujuannya adalah bertemu dan bermesraan dengan kekasih anda jadi lama hidangannya ngak masalah. Tapi kalau kelamaan ya lapar juga toh! Kedua anda di restoran dimana pelayanannya ramah, tempatnya rapi, wangi dan tertib dan pelayannya mengatakan bahwa pesanan akan siap tersedia dalam waktu 10 menit tetapi harganya tiga kali lipat dari restoran yang biasa, apakah anda akan terima? Ada yang mengatakan ah, ngak apa-apa yang penting cepat dihidangkan uang ngak masalah. Iya kalau bagi yang punya uang banyak tetapi bagi yang uangnya pas-pasan berat juga loh!. Ketiga disituasi lain anda dalam restoran cepat saji dimana makanan dan minuman sudah tersedia tinggal makan saja tetapi makanannya dingin dan sudah lama walaupun harganya murah apakah anda mau? Ada yang mengatakan ah, ngak apa-apa ini sesuai dengan budget walaupun makanannya ngak sehat! Jadi anda pilih yang mana?. Maunya sih yang service nya bagus harganya murah dan deliverynya cepat. Tapi sayangnya ngak ada.

Bicara mengenai service atau layanan kepada nasabah sangat kompleks karena menyangkut system, produk, people, infrastruktur dan biaya. Kiblat dunia service adalah Singapore Airlines yaitu perusahaan penerbangan Singapore yang selalu membuat pelanggannya merasa puas dan ingin lagi dan ingin lagi menggunakan maskapai penerbangan ini walaupun harganya muahal banget. Artinya seperti kata orang, ada uang ada barang, ada uang anda senang, apakah begitu adanya? Jika dikatakan mahal harga ticket Singapore Airline lantas kenapa penerbangan perdana A380 dari Singapore ke Sydney pada tahun 2007 habis terjual hanya beberapa bulan sebelumnya bahkan satu tahun sebelumnya sudah ada yang pesan. Dan harganyapun selangit untuk naik “the Whispering Giant” kapal terbang ini. Terus bagaimana untuk penerbangan-penerbangan selanjutnya menggunakan pesawat yang super gede milik Singapore Airline ini apakah harga dan peminatnya turun atau berkurang? No way, tidak sama sekali! Bahkan customer rela antre beberapa bulan untuk naik pesawat komersil terbesar di dunia yang dimiliki Singapore Airline. Ini karena servicenya WOW!.

Dalam dunia service sekarang service yang dibilang berhasil dan spektakuler adalah jika nasabah mengekspresikannya dengan kata WOW! Setelah mendapatkan layanan dari kita, bukan dengan ekspresi OK karena kalau OK saja itu sudah umum dan sudah banyak yang bisa melakukannya atau sudah sesuai SOP (Standard Operating Procedure) yang ditetapkan perusahaan. Dampaknya nasabah hanya mengingat sekilas saja atau kesan dimemori ingatannya selintas saja. Lain jika mengekspresikannya dengan kata WOW! Maka akan menempel kuat di memori nasabah dan rasa itu pengen ada lagi bagi nasabah. Ingat penilaian service adalah bukan dari diri kita tetapi dari nasabah, nasabah yang mengekspresikannya. Sebagai informasi tingkatan dalam service saat ini yang di pakai adalah : pertama Huuu, kedua Aaargh, ketiga OK, keempat AHA dan kelima WOW.

Huuu .. adalah seperti ekspresi penonton sepakbola jika tim sepakbola kesayangannya kalah dan main mengecewakan. Kecewa banget penontonnya sampai-sampai memaki-maki pemain, official, pelatih dan bilang pecaat saja pemain goblok ituu.. (kasar memang) ekpresi ini adalah ekspresi yang paling ditakuti.

Aaargh .. adalah seperti ekpresi penonton sepakbola jika tim sepakbola kesayangannya kalah tetapi mainnya bagus. Kecewa sih kecewa tapi masih terhibur dengan permainan tim yang bermutu dan terlihat berjuangnya untuk memenangkan pertandingan. Biasanya penonton mengatakan aah.. sayang kita kalah karena dewi fortuna tidak berpihak kepada kita, seandainya saja..

OK .. adalah seperti ekspresi penonton sepakbola jika tim sepakbola kesayangannya bermain seri atau mempunyai score 0-0 dengan pemain lawan. Tidak kecewa tetapi tidak juga senang datar saja.

AHA .. adalah seperti ekspresi penonton sepakbola jika tim sepakbola kesayangannya menang 1-0 dengan tim lawannya. Senang karena menang. Lumayan hasilnya. Yang penting menang!

WOW .. adalah seperti ekspresi penonton sepakbola jika tim sepakbola kesayangannya berhasil menang dengan score 3 – 0 dengan tim tangguh yang kualitas pemainnya jauh empat atau lima tingkat diatas tim kita. Wow, hebat kali! Dan ini akan terkenang di memori penonton dan menjadi pembicaraan yang tidak henti-hentinya.

Untuk mencapai tingkatan WOW memang harus punya siasat, trik atau cara tersendiri agar nasabah terkenang dengan pelayanan kita sebagai marketing atau petugas front liner. Gimana caranya? Nah, pada kesempatan lain kita bicarakan yah, dahsyat deh pokoknya! Wow..

Happy Selling !

Senin, 16 Februari 2015

Carilah anak buah yang tepat !


PAY PEANUT GET MONKEY !

 
               
Diceritakan di benua Afrika ada suku bangsa yang suka menangkap dan memakan monyet. Cara menangkap monyet-nya adalah bukan di panah atau di tembak tetapi menggunakan alat yaitu berupa kendi (yaitu tempat air yang terbuat dari tanah liat atau gelas yang lehernya berlobang sempit tetapi ke dalam dasarnya luas dan lega). Disiapkan beberapa kendi dan sebagai umpannya adalah kacang. Kacang-kacang itu pertama-tama diletakkan di sekitar kendi agar monyet tertarik dan datang mendekat kemudian kacang lainnya diletakkan ke dalam kendi yang berlubang. Pada awalnya monyet setelah keadaan sepi mulai tertarik dan mendekat untuk mengambil kacang yang diletakkan diluar kendi. Setelah kacang di luar kendi habis kemudian monyet mengambil kacang yang ada dalam kendi. Dan apakah yang terjadi? Tangan monyet tidak bisa dilepaskan dari dalam kendi karena saat dikeluarkan tangannya ia mengenggam kacang sehingga terperangkap lah tangan monyet dan akhir kata sang monyet tersebut ditangkap oleh pemburunya dengan mudah. Cara berburu monyet inilah yang di kenal di Eropa dan menjadi istilah dalam dunia management “A pay peanut get monkey” yaitu jika mau dapat monyet kasihlah kacang.

 
Minggu lalu dalam kelanjutan training saya oleh Markplus dalam sesi materi Tactical Execution (Eksekusi yang taktis) Coachnya mengajarkan bahwa setelah kita mempunyai konsep yang bagus dan telah mempunyai strategy jitu lantas eksekusinya bagaimana? Karena persoalan eksekusi menjadi hal yang mendasar dan  penting untuk dapat menerapkan langkah selanjutnya di lapangan dan hal itu diperlukan sumber daya yang mumpuni. Bicara masalah sumber daya tentunya adalah SDM itu sendiri yang memiliki porsi terbesar untuk keberhasilan dari strategy dan tujuan yang dicanangkan. Selain kita sebagai pemimpin yang mempunyai konsep, menurut pelatih adalah yang penting dan sangat penting malah,  adalah kita mempunyai anak buah atau staf yang handal atau yang jago atau yang pintar untuk bertindak (action) di lapangan.  Karena jika anak buahnya jago sementara atasannya sedang-sedang saja maka yang terjadi anda sebagai pemimpin akan terlihat jago. Ya, betul jago memilih anak buah! Ini adalah rumusannya carilah anak buah atau staf yang pintar bahkan kalau bisa lebih pintar dari anda sehingga selain mudah diarahkan juga menjadi kader pemimpin masa depan yang akan menggantikan anda.  Disisi lain jangan takut anda tersaingi, malah anda bangga jika anak buah anda bisa menjadi pemimpin tertinggi karena itu adalah hasil didikan dan bimbingan anda. Percayalah jika anak buah anda menjadi pemimpin dia tidak akan lupa kepada gurunya. Seperti pelatih mengatakan keberhasilan seorang pemimpin adalah mengantarkan staf atau anak buahnya mencapai posisi tinggi atau menjadi pemimpin seperti dirinya. Dalam agama andapun dapat pahala.

Tak ada prajurit yang jelek yang ada adalah komandan yang tidak becus” kutipan pernyataan ini dikenal dalam dunia militer. Artinya sebagai leader, staf atau anak buah anda adalah hasil didikan dan hasil ajaran dari pemimpinnya. Betul atau salah anak buah adalah betul salahnya dari pemimpinnya. Tapi enaknya disisi lain anda sebagai bos atau pemimpin punya “rules” juga yaitu: “1. Bos always right 2. If bos wrong see number 1” jadi ngak pernah salah dong bos kepada anak buahnya! Ha..ha..ngak betul ya yang seperti ini. Karena dalam dunia kerja tentu ada aturan main atau ada SOP (standard operating procedure) yang harus ditaati bersama.
 
 Lantas jika kita sudah tahu bahwa tujuan, konsep dan strategy akan terlaksana dengan baik jika dijalankan oleh anak buah yang jago alias pintar maka jawabannya adalah carilah SDM yang tepat. Tapi perlu diketahui, bukankah SDM yang jago dan berpengalaman biasanya mahal di pasaran? Sementara kalau yang sedang-sedang saja harganya murah? Memang rumusan ini sering terjadi di dunia kerja tetapi yang lebih penting adalah SDM yang mempunyai pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, kompetensi dan attitude yang baik serta ini yang lebih penting yaitu yang sesuai dengan kebutuhan kita. Kalau belum butuh ya buat apa! Betul tidak?.

Happy Selling !

Jumat, 06 Februari 2015

Keluar dari Comfort Zone!



SINGA VS KAMBING !

"Seratus kambing yang dipimpin seekor singa akan jauh lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing". Kalimat ini diucapkan oleh Diplomat Perancis Charles Maurice de Tallyeyrand. Saya membayangkan apa sih maksud kalimat ini? Apa jadinya kambing di pimpin oleh seekor singa. Gambaran saya kambing–kambing itu pasti ketakutan karena pemimpin mereka mahluk yang buas, memiliki taring dan kuku tajam yang bisa mengoyak. Aumannya pun memekakkan telinga. Sementara kambing digambarkan sebagai binatang yang lemah, tidak memiliki taring, makan hanya rerumputan dan bisanya mengembik. Eiit, jangan salah rupanya kambing yang tidak punya taringpun jika dipimpin oleh singa akan mempunyai nyali dan berotot serta aumannya seperti singa yang berwibawa. Tetapi sebaliknya singa yang menyeramkan bisa menjadi lembek dan lemah gemulai sepanjang mereka hanya dipimpin seekor kambing.


Ya, itulah kalimat pembuka dalam buku terbitan Gramedia berjudul "Agility" (Ketangkasan) yang dikarang oleh Prof. Rhenald Kasali, Phd. Menarik karena buku ini terbit diawal tahun 2015 di saat Indonesia diramalkan akan mempunyai pertumbuhan 5,7% dan membaiknya iklim investasi dan perekonomian yang membaik dibandingkan tahun lalu. Sumbangan penghematan bahan bakar minyak dan menurunnya harga minyak dunia bisa dikatakan anugerah bagi Indonesia. Sektor industri yang akan dibangun juga sudah dijelaskan dalam RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yaitu menekankan kepada Infrastruktur, Energi, Maritim dan Pertanian. Bagi industri perbankan jelas merupakan peluang untuk ikut mensukseskan pembangunan yang dilakukan pemerintah ini yaitu dalam hal pembiayaan-pembiayaan pada sektor-sektor yang tersebut diatas. Sebut saja salah satunya pembangunan jalan tol lintas Sumatera (Lampung – Palembang), jalan tol Medan Tebit Tinggi, jalan tol Cikampek – Cirebon (di jawa) belum lagi industri perikanan dan turunannya (gudang penyimpanan, industri perikanan dan sebagainya). Dan industri-industri lainnya yang dibidik pemerintah. Artinya Indonesia memasuki middle income dan biasanya terperangkap dalam inti permasalahan yang dihadapi bertahun-tahun yaitu apalagi kalau bukan zona nyaman (comfort zone).

Diceritakan bagaimana lincah dan tangkasnya Jusuf Kalla ngotot untuk memindahkan bandara Polonia Medan yang padat penduduk disekitarnya ke bandara Kualanamu seperti sekarang. Tetapi tak ada yang bergerak? "Tanahnya sudah ada sejak 15 tahun lalu, mengapa tak dibangun juga?", kata pak JK saat itu. Ia mendatangi penduduk, memimpin pembebasan tanah, menaikkan biaya ganti rugi, menemui pimpinan PTP yang tanahnya dipakai sampai dengan desain bangunannya yang diperebutkan oleh dua budaya yang sama kuatnya yaitu Melayu dan Batak. JK bergerak dan mengaum karena terhentak oleh jatuhnya pesawat Mandala Air RI091 yang menewaskan semua penumpang termasuk gubernur Tengku Rizal Nurdin yang lepas landas dari Polonia. Kelihaian JK inilah seperti singa yang ligat dan tangkas. Moral story cerita JK ini adalah janganlah masalah terkubur berlarut-larut. Asahlah kelihaian anda. Lihatlah yang terjadi disekeliling anda dan carilah peluang di lapangan sehingga anda terlahirkan bak pemimpin setangkas singa sekaligus membangun kambing-kambing jinak untuk mengaum.

Hal lain yang sebaliknya, ketika ratusan singa dipimpin oleh seekor kambing. Pemimpin yang lembek, bermental passenger, hanya berwacana, mengerjakan hal-hal rutin, tidak berani keluar zona nyaman (
comfort zone) dan tidak memiliki visi. Alih alih membawa cabang atau organisasi di bawah kita pada kesuksesan, eh malah mundur. Bawahannya yang kita pikir "buas seperti singa" karena lulusan sekolah hebat dan masuk dalam generasi Y yang melek teknologi malah justru akan mengembik seperti kambing. Singa inferior yang ompong. Pemimpin ini terbelenggu pada zona nyaman. Datang ke kantor hanya melakukan dan memeriksa hal-hal rutin. Padahal, keajaiban-keajaiban bisnis justru ditemukan di luar zona nyaman. Mungkin inilah dasar SDM kita umumnya yang sejak kecil tidak terlatih keluar dari zona nyaman. Pemimpin yang terperangkap di zona nyaman biasanya enggan mencari jalan baru, enggan bergerak agar perusahaan lebih berkembang.

Memikirkan keluar zona nyaman untuk memperbaiki iklim kerja adalah PR bagi para pemimpin sendiri. Diperlukan tantangan dan pemikiran yang strategis untuk membuatnya.

Ini adalah sekedar contoh saja untuk pribadi, keluar dari zona nyaman memang ngak gampang. Justru itu tantangannya. Teman saya mencari tantangan keluar dari zona nyaman dengan naik sepeda setiap hari ke kantornya selama sebulan. Teman saya yang lain menurunkan berat badannya dengan tidak makan nasi selama tiga bulan. Saya sendiri yang biasanya malas jalan sekarang setiap seminggu tiga kali latihan berlari 5 km untuk ikut half marathon September nanti di Bali. Yang penting tantanglah diri kita untuk melakukan hal-hal yang kreatif yang tidak terpikirkan awalnya tetapi akan memperbaiki kualitas hidup dan pekerjaan kita. Demikian.
Happy Selling ! 

Generasi Y!



DINOSAURUS VS BUAYA!

Beberapa minggu terakhir ini saya tertarik dengan perbincangan mengenai Generasi Y (Y Generation). Yaitu Generasi yang lahir mulai tahun 1982 s.d. 2000. Mereka adalah keturunan dari Generasi X (Gen X) dan Generasi baby boomers. Generasi X atau disebut juga baby bust yaitu mereka yang lahir tahun 1964 s.d. 1982. Sementara generasi baby boomers adalah mereka yang lahir antara tahun 1946 s.d. 1964. Istilah generasi baby boomers merujuk pada angka kelahiran yang tinggi akibat selesainya perang dunia kedua. Setelah itu tingkat kelahiran turun dan muncullah generasi X dimana mereka mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari generasi baby boomer sebelumnya. Gen X dan Generasi Y adalah generasi yang melek internet dan menganggap internet adalah sebagai media yang tidak perlu ahli untuk menggunakannya. Ciri-ciri generasi X (berumur antara 34 hingga 46 tahun) dan generasi Y (berumur antara 13 hingga 33 tahun) adalah mereka menginginkan kebebasan membuat pilihan dan bersuara, menghargai keterbukaan, ketulusan dan integritas. Menjaga hubungan baik satu sama lain, sangat interaktif dan menginginkan segala sesuatu dengan cepat. Generai X dan Y disebut juga generasi Millenium. Mereka pemakai media sosial yang fanatik dan dalam kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi. Mereka lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonominya sehingga mereka sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi disekelilingnya.
 
 
Dalam dunia pekerjaan generasi Y itu lebih banyak harapannya kepada perusahaan, mereka menginginkan perusahaan yang mempunyai tujuan yang jelas, apabila mereka berhasil dengan baik mereka menginginkan adanya umpan balik saat itu juga. Para atasannya dituntut mampu memberikan pekerjaan yang jelas kepada generasi Y ini, harus memberikan kesempatan penghargaan apabila mereka mampu melakukan suatu tindakan yang beresiko tinggi atau berhasil melakukan inovasi. Kalau tidak, mereka akan meninggalkan perusahaan dengan seenaknya dan mencari pekerjaan lain yang sesuai kehendaknya. Memang harus punya perhatian yang khusus jika anda punya tim sebagai Y Generation.
Kenapa demikian kita harus perhatikan generasi-generasi penerus kita? Dan kenapa kita harus mengikuti perkembangan teknologi dan melek terhadap mereka? Padahal kita mengikuti perkembangan saja, kita masih ketinggalan teknologi apalagi kalau tidak mengikuti! Wah, jadi Dinosaurus kita. Kenapa seperti Dinosarus? Ceritanya begini.
Dinosaurus! Ya kita pasti tahu apa itu binatang Dinosaurus yaitu binatang yang hidup ratusan tahun lalu penguasa dunia pemakan segala rupa pemenang pada jamannya. Tiada tandingnya. Tetapi tahukah anda mengapa Dinosaurus sebagai penguasa mahluk di dunia itu bisa punah? Jawaban yang umumnya kita dengar adalah karena jatuhnya meteor dan asteroid atau benda langit yang jatuh ke atmosfir bumi yang sangat besar sehingga terjadi ledakan yang sungguh dahsyat seperti bom atom yang memusnahkan semua binatang dan mahluk hidup termasuk Dinosaurus di dalamnya. Teori lain menyebutkan Dinosaurus punah karena akibat aktivitas gunung berapi atau vulkanik yaitu menyemburnya udara sangat panas sehingga memusnahkan mereka. Yang mana teori yang betul dari kedua teori tersebut belum bisa dibuktikan dengan jelas. Tetapi tahukah sesungguhnya Dinosaurus punah? Ini jawaban yang banyak diyakini oleh tidak sedikit orang, yaitu mereka punah karena TIDAK BISA BERADAPTASI dengan perubahan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan. Dan apa bedanya dengan Buaya? kan mereka juga binatang primitif tetapi mengapa Crocodile bisa bertahan hidup dan berevolusi sampai sekarang? Karena Crocodile rupanya binatang yang selalu dan bisa beradaptasi dengan perubahan alamnya. Pertanyaannya apakah kita mau menjadi Dinosaurus atau menjadi Buaya? Tapi bukan buaya darat yah! Buaya memang selalu di gambarkan dengan buas, liar dan pemangsa. Tapi disisi lain ada sisi baik yang kita pelajari dari BUAYA yaitu BUAYA tidak punah karena bisa BERADAPTASI. Titik.


Happy Selling!

Kamis, 05 Februari 2015

Kaca jendela yang kotor!



MIRROR OH MIRROR !

Pernah dengar cerita ini?


Suatu hari di pagi hari, ditengah sarapan, seorang istri melalui jendela kaca melihat tetangganya sedang menjemur pakaian. "Cucian tetangga kita kelihatan ngak bersih ya Pah..", kata sang istri, "Sepertinya tetangga kita itu ngak tahu cara mencuci yang bener, mungkin dia perlu sabun yang lebih mahal tuuh!". Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun. Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya. Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih, si istri lalu berseru kepada suaminya, "Pak, liat deh, sepertinya dia sudah mau belajar nyuci tuh..bagus dehh!". Sang suami berkata , "Aku bangun pagi-pagi sekali hari ini untuk MEMBERSIHKAN JENDELA KITA yang sudah kotor dan buram, pakaian mereka nampak kurang bersih karena kita melihatnya dari jendela yang sudah lama tidak dibersihkan ini..".
 
 
Cerita diatas menginspirasi saya untuk menulis dengan judul diatas. Cermin atau kaca gunanya adalah untuk melihat gambar yang dipantulkannya. Setiap hari dan bisa lebih dari tiga kali kita menggunakan cermin untuk melihat wajah kita, bentuk badan, rambut dan lain sebagainya. Apalagi untuk pekerja seperti kita tentunya penampilan adalah yang utama dan untuk melihat penampilan rapi atau acak-cakan di diri kita dan tampak diri kita tentunya kita gunakan cermin. Cermin selalu mengatakan apa adanya dan tidak pernah bohong. Kecuali dalam film


"Mirror Mirror" dimana Julia Roberts berperan sebagai The Evil Queen yang mempunyai cermin yang selalu berbohong mengatakan bahwa the evil queen cantik dan bahkan melebihi cantiknya Snow White (Lily Collins). Padahal the evil queen berwajah jelek. Hingga suatu saat the evil queen tahu kalau ternyata dirinya tidak cantik bahkan wajahnya menyeramkan akhirnya cermin itu pun dibelah dan dipecahkan!.

Sering kali dulu saat saya masih kuliah ada dosen saya yang ‘orang sumatera’ sebelum menerangkan materi kuliahnya pembukaannya biasanya diawali dengan kata-kata atau peribahasa. Contohnya seperti ini "Buruk rupa cermin dibelah" dan " Awak tak pandai berdansa lantai bergoyang disalahkan". Apakah artinya itu? Iya betul, maknanya adalah sebetulnya kelemahan dan keburukan yang didiri kita tetapi pihak lain yang kita salahkan. Ini sering terjadi pada kita karena pada prinsipnya manusia selalu ingin betul selalu ingin menang dan selalu ingin membuktikan dirinya lebih baik daripada yang lain. Tetapi ada anggapan juga bahwa sikap seperti itu merupakan bentuk pertahanan seseorang untuk mengungkapkan kelemahannya. Mana yang betul? Susah juga yah kalau sudah begini. Yang jelas instrospeksi ke dalam diri sendiri adalah yang betul. Kita sudah baik dan ingin menjadi lebih baik jika kita tidak merasa lebih baik daripada orang lain tentu lebih baik sikap ini dijalankan. Karena kalau sudah merasa lebih baik..nah mulai disitulah sebetulnya kita jadi tidak baik. Kenapa? Ya karena merasa sudah baik ngapain juga dengar kritikan atau masukan dari orang lain. Dan ini menjadi bahaya bagi diri kita karena akan menjadi maunya menang sendiri!.

 
Seperti dalam tulisan saya terdahulu tentang resolusi atau tekad dalam hati untuk merubah menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga rencana yang kita susun dan target yang telah ditetapkan tercapai yaitu salah satunya adalah memperbaiki diri sendiri. Lihat kekuatan dan kelemahan dan jadikan kelemahan adalah kekuatan kita. Lantas gimana caranya ya? Jawabannya adalah harus latihan. Latihan yang bagaimana? Dulu Bos saya memberikan tips untuk menjadi lebih baik adalah mengaca pada cermin dan katakan yang baik yang dimaui. Berkata pada cermin dan bilang "Saya hari ini lebih kuat, lebih rajin dan lebih baik" lakukan setiap anda mengaca pada cermin. Buat kalimat-kalimat jimat bagi anda. Kalau yang mau kurus bilang pada cermin sambil ngaca "Saya lebih langsing dari kemarin" lakukan hal itu setiap kali ngaca dan hasilnya anda akan menjaga makan anda dan sering berolah raga. Kalau mau capai target bilang pada cermin setiap kali anda ngaca dan bilang "Saya mau target saya tercapai" dan hasilnya anda akan fokus pada pencapaian anda. Ngak percaya? Coba lakukan...


Happy Selling !

Think out of the Box! Berpikir di luar kebiasaan



THINK OUTSIDE THE BOX !

Dalam suatu kesempatan training yang saya ikuti peserta diperintahkan oleh pelatih untuk menghubungkan 9 titik berbentuk kotak pada kertas gambar yang ditempelkan di papan tulis. Perintahnya adalah menghubungkan kesemua titik-titik tersebut dimana masing-masing titik harus dilalui oleh tarikan empat garis lurus yang tidak terputus. Bisakah? Jika kita hubungkan ke sembilan titik tersebut tanpa keluar dari kotak maka tidak akan bisa dihubungkan oleh empat garis yang tidak terputus. Tetapi jika garis yang kita tarik itu melewati atau keluar dari pola kotak yang ada maka dengan mudah kita dapat menghubungkan dengan empat garis lurus yang tidak terputus seperti gambar disamping. Bagaimana kalau dengan tiga garis yang tidak terputus?. Tetap bisa asalkan garis keluar dari kotak. Anda bisa mencobanya. Saya jamin pasti bisa. Nah, yang lebih ekstrem adalah bagaimana jika dengan tarikan satu garis saja tetapi semua ke-9 titik tersebut dapat berhubungan? Perlu pikiran kreatif untuk bisa memecahkan game ini. Dan hebatnya, salah satu peserta training dapat memecahkan pertanyaan sulit ini. Peserta ini berpikir sangat kreatif sekali bahkan memberikan inovasi diluar batas pemikiran yang biasa. Kok bisa, bagaimana Caranya? caranya adalah melipat-lipat kertas gambar tersebut sehingga ke-9 titik itu menjadi rapat dan membentuk satu garis kemudian tinggal tarik garis lurus saja. Kreatif dan inovatif bukan!. 

Dalam kehidupan dan pekerjaan kadang kita terkungkung dalam perangkap cara pemikiran yang biasa-biasa saja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan selalu ada dan bisa banyak, bahkan kadang datang tidak tepat waktu dan datang kepada siapa saja kepada mahluk yang masih hidup di dunia ini. Datangnya pun bisa bersamaan. Orang Inggris bilang Problems is never coming single (masalah datang tidak pernah sendirian) artinya masalah datang bersama teman-temannya. Masalah keluarga; pacar, suami, istri, anak dan saudara bisa bersamaan datangnya dengan masalah di kantor, di pertemanan, di organisasi bahkan masalah dengan dirinya sendiri. Contohnya: seorang Marketing yang tengah dilanda kedukaan karena putus sama pacarnya di lain pihak ada masalah target penjualan yang belum tercapai di bulan ini kemudian ada masalah sama temannya karena selisih pendapat belum lagi masalah motornya yang keserempet mobil tadi pagi plus masalah sakitnya gigi yang berlubang kumat. Ooh, nasib nasih kalau sudah begini. Lantas bagaimana? Ya hadapi saja karena semua masalah pasti melanda ke semua orang tinggal bagaimana cara memecahkannya. Cara yang sering digunakan adalah menggunakan skala prioritas yaitu yang mana yang mudah dan dapat cepat dilakukan dan mempunyai dampak yang minimal. Selanjutnya melakukan prioritas prioritas berikutnya. Yang penting jangan lari dari masalah. 

Kembali kepada lingkungan pekerjaan kantor jika menghadapi permasalahan yang rumit dipekerjaan anda atau di unit kerja anda dimana sepertinya masalah itu tidak dapat diselesaikan cobalah berpikir think outside the box (berpikir ke luar kotak) yang ada. Gunakan kreatifitas anda. Caranya cari informasi sebanyak banyaknya sebagai referensi. Dan yang lebih penting adalah bertanya kepada orang yang tepat yang sudah berpengalaman kemudian mulai gunakan otak kanan anda yaitu otak yang bekerja untuk berkreasi dan berfantasi. Cari ide-ide kreatif. Kalau perlu nyontek, karena ilmu yang paling mudah dan halal di dunia ini adalah nyontek dari orang lain. Ada singkatan ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) artinya tidak sekedar nyontek tetapi jika sudah nyontek kembangkan dan lakukan modifikasi sehingga menimbulkan inovasi. Jangan takut! inovasi-inovasi itu tidak harus datang dari yang baru. Sekian.

Happy Selling !

Tahun baru 2015! Resolusi baru..



NEW YEAR, NEW HOPE, NEW SPIRIT AND NEW RESOLUTION !



                                           Angka-angka menunjukkan di akhir tahun 2014 adalah sebagai berikut: Inflasi 8,36%. Pertumbuhan 5,1%. Defisit neraca perdagangan 270 juta dollar AS. Harga minyak dunia (brent) turun menjadi USD.50 hampir 50% dari harga sebelumnya yang Usd.100. Harga emas 1.208,50 dollar per troy ounce. IHSG dikisaran 5.122,83 (naik turun tapi trendnya positif). Kurs rupiah melemah hingga Rp.12.400 per dollarnya akibat ekonomi AS yang membaik. SBI dinaikkan oleh BI menjadi 7,75% dari sebelumnya 7,5% karena untuk meredam inflasi. Bunga kredit dan simpanan naik akibat SBI dinaikkan dan disisi lain naiknya bunga kredit menyumbang NPL naik di industri perbankan. Harga Obligasi turun akibat inflasi begitu juga harga saham. Dan seterusnya dan seterusnya...


Teman, untuk memulai sesuatu resolusi biasanya manusia senang menandakan dengan patokan atau baseline atau dasar atau garis start-nya. Karena hal ini menjadi pembanding seberapa jauh nanti kita telah meraih tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi sebagian orang lain resolusi tidak penting dilakukan. Karena toh hidup mengalir saja bagai air mencari tempat terendah hingga ia mengendap dalam satu wadah. Dia serahkan semuanya pada Tuhan pencipta. Sikap seperti ini bisa dimengeri jika ia mungkin sudah kaya! Tetapi sebagai informasi buat anda, orang kaya-pun selalu ingin menambah kekayaannya. Dan selalu membuat resolusi. Terserah sih anda mau bersikap seperti apa.

Bagi management modern Perencanaan (Planning) adalah penting untuk memperbaiki dan mendeteksi strategi yang sudah berjalan dan yang akan datang dengan membaca data-data dan angka ekonomi. Perencanaan disusun menurut target yang akan dicapai. Apakah perencanaan bisa berubah? Tentu jawabannya adalah bisa jika ada perubahan kondisi market dan dunia. Apakah perencanaan yang berhasil selalu ditandai angka 100%?. Tidak ada angka absolute perencanaan jika berhasil dihitung 100%. Di tempat lain Perencanaan akan dikatakan berhasil jika telah mencapai angka 200%, 300% bahkan 1000% melebihi targetnya.

Bagi kita, tahun baru ini apakah kita sudah mempunyai rencana kerja untuk tahun 2015? Apakah sudah mempunyai resolusi?. Untuk menjawabnya pertama saya anjurkan anda membaca dan mengecek angka-angka anda. Sebagai seorang Marketing angka anda adalah PTP yang sudah dihasilkan selama tahun 2014 lalu. Berapa pencapaiannya? Berapa KPI nya dan berapa capaian di cabangnya? Kemudian bandingkan angka-angka tahun sebelumnya. Lihat angka yang sudah didapat (bisa kurang, pas atau lebih), analisa kejadian dan rencana sebelumnya apakah sudah sesuai?. Jika tidak sesuai rencana artinya anda susun rencana yang baru (New Planning). Kedua setelah rencana (Planning) disusun buatlah resolusi baru buat diri anda. Resolusi adalah keteguhan hati (tekad) untuk menjalankan Planning dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya resolusi bisa kokoh dan kuat karena anda sendiri. Happy New Year 2015!.

Happy Selling !