SINGA VS KAMBING !
"Seratus kambing yang dipimpin seekor singa akan jauh lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing". Kalimat ini diucapkan oleh Diplomat Perancis Charles Maurice de Tallyeyrand. Saya membayangkan apa sih maksud kalimat ini? Apa jadinya kambing di pimpin oleh seekor singa. Gambaran saya kambing–kambing itu pasti ketakutan karena pemimpin mereka mahluk yang buas, memiliki taring dan kuku tajam yang bisa mengoyak. Aumannya pun memekakkan telinga. Sementara kambing digambarkan sebagai binatang yang lemah, tidak memiliki taring, makan hanya rerumputan dan bisanya mengembik. Eiit, jangan salah rupanya kambing yang tidak punya taringpun jika dipimpin oleh singa akan mempunyai nyali dan berotot serta aumannya seperti singa yang berwibawa. Tetapi sebaliknya singa yang menyeramkan bisa menjadi lembek dan lemah gemulai sepanjang mereka hanya dipimpin seekor kambing.
Ya, itulah kalimat pembuka dalam buku terbitan Gramedia berjudul "Agility" (Ketangkasan) yang dikarang oleh Prof. Rhenald Kasali, Phd. Menarik karena buku ini terbit diawal tahun 2015 di saat Indonesia diramalkan akan mempunyai pertumbuhan 5,7% dan membaiknya iklim investasi dan perekonomian yang membaik dibandingkan tahun lalu. Sumbangan penghematan bahan bakar minyak dan menurunnya harga minyak dunia bisa dikatakan anugerah bagi Indonesia. Sektor industri yang akan dibangun juga sudah dijelaskan dalam RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yaitu menekankan kepada Infrastruktur, Energi, Maritim dan Pertanian. Bagi industri perbankan jelas merupakan peluang untuk ikut mensukseskan pembangunan yang dilakukan pemerintah ini yaitu dalam hal pembiayaan-pembiayaan pada sektor-sektor yang tersebut diatas. Sebut saja salah satunya pembangunan jalan tol lintas Sumatera (Lampung – Palembang), jalan tol Medan Tebit Tinggi, jalan tol Cikampek – Cirebon (di jawa) belum lagi industri perikanan dan turunannya (gudang penyimpanan, industri perikanan dan sebagainya). Dan industri-industri lainnya yang dibidik pemerintah. Artinya Indonesia memasuki middle income dan biasanya terperangkap dalam inti permasalahan yang dihadapi bertahun-tahun yaitu apalagi kalau bukan zona nyaman (comfort zone).
Diceritakan bagaimana lincah dan tangkasnya Jusuf Kalla ngotot untuk memindahkan bandara Polonia Medan yang padat penduduk disekitarnya ke bandara Kualanamu seperti sekarang. Tetapi tak ada yang bergerak? "Tanahnya sudah ada sejak 15 tahun lalu, mengapa tak dibangun juga?", kata pak JK saat itu. Ia mendatangi penduduk, memimpin pembebasan tanah, menaikkan biaya ganti rugi, menemui pimpinan PTP yang tanahnya dipakai sampai dengan desain bangunannya yang diperebutkan oleh dua budaya yang sama kuatnya yaitu Melayu dan Batak. JK bergerak dan mengaum karena terhentak oleh jatuhnya pesawat Mandala Air RI091 yang menewaskan semua penumpang termasuk gubernur Tengku Rizal Nurdin yang lepas landas dari Polonia. Kelihaian JK inilah seperti singa yang ligat dan tangkas. Moral story cerita JK ini adalah janganlah masalah terkubur berlarut-larut. Asahlah kelihaian anda. Lihatlah yang terjadi disekeliling anda dan carilah peluang di lapangan sehingga anda terlahirkan bak pemimpin setangkas singa sekaligus membangun kambing-kambing jinak untuk mengaum.
Hal lain yang sebaliknya, ketika ratusan singa dipimpin oleh seekor kambing. Pemimpin yang lembek, bermental passenger, hanya berwacana, mengerjakan hal-hal rutin, tidak berani keluar zona nyaman (comfort zone) dan tidak memiliki visi. Alih alih membawa cabang atau organisasi di bawah kita pada kesuksesan, eh malah mundur. Bawahannya yang kita pikir "buas seperti singa" karena lulusan sekolah hebat dan masuk dalam generasi Y yang melek teknologi malah justru akan mengembik seperti kambing. Singa inferior yang ompong. Pemimpin ini terbelenggu pada zona nyaman. Datang ke kantor hanya melakukan dan memeriksa hal-hal rutin. Padahal, keajaiban-keajaiban bisnis justru ditemukan di luar zona nyaman. Mungkin inilah dasar SDM kita umumnya yang sejak kecil tidak terlatih keluar dari zona nyaman. Pemimpin yang terperangkap di zona nyaman biasanya enggan mencari jalan baru, enggan bergerak agar perusahaan lebih berkembang.
Hal lain yang sebaliknya, ketika ratusan singa dipimpin oleh seekor kambing. Pemimpin yang lembek, bermental passenger, hanya berwacana, mengerjakan hal-hal rutin, tidak berani keluar zona nyaman (comfort zone) dan tidak memiliki visi. Alih alih membawa cabang atau organisasi di bawah kita pada kesuksesan, eh malah mundur. Bawahannya yang kita pikir "buas seperti singa" karena lulusan sekolah hebat dan masuk dalam generasi Y yang melek teknologi malah justru akan mengembik seperti kambing. Singa inferior yang ompong. Pemimpin ini terbelenggu pada zona nyaman. Datang ke kantor hanya melakukan dan memeriksa hal-hal rutin. Padahal, keajaiban-keajaiban bisnis justru ditemukan di luar zona nyaman. Mungkin inilah dasar SDM kita umumnya yang sejak kecil tidak terlatih keluar dari zona nyaman. Pemimpin yang terperangkap di zona nyaman biasanya enggan mencari jalan baru, enggan bergerak agar perusahaan lebih berkembang.
Memikirkan keluar zona nyaman untuk memperbaiki iklim kerja adalah PR bagi para pemimpin sendiri. Diperlukan tantangan dan pemikiran yang strategis untuk membuatnya.
Ini adalah sekedar contoh saja untuk pribadi, keluar dari zona nyaman memang ngak gampang. Justru itu tantangannya. Teman saya mencari tantangan keluar dari zona nyaman dengan naik sepeda setiap hari ke kantornya selama sebulan. Teman saya yang lain menurunkan berat badannya dengan tidak makan nasi selama tiga bulan. Saya sendiri yang biasanya malas jalan sekarang setiap seminggu tiga kali latihan berlari 5 km untuk ikut half marathon September nanti di Bali. Yang penting tantanglah diri kita untuk melakukan hal-hal yang kreatif yang tidak terpikirkan awalnya tetapi akan memperbaiki kualitas hidup dan pekerjaan kita. Demikian.
Happy Selling !
Ini adalah sekedar contoh saja untuk pribadi, keluar dari zona nyaman memang ngak gampang. Justru itu tantangannya. Teman saya mencari tantangan keluar dari zona nyaman dengan naik sepeda setiap hari ke kantornya selama sebulan. Teman saya yang lain menurunkan berat badannya dengan tidak makan nasi selama tiga bulan. Saya sendiri yang biasanya malas jalan sekarang setiap seminggu tiga kali latihan berlari 5 km untuk ikut half marathon September nanti di Bali. Yang penting tantanglah diri kita untuk melakukan hal-hal yang kreatif yang tidak terpikirkan awalnya tetapi akan memperbaiki kualitas hidup dan pekerjaan kita. Demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar