Lihat gambar disamping. Apakah anda sudah dapat menjelaskan kepada saya apa itu kerja keras dan apa itu kerja cerdas? Dua gambar di samping ini adalah ilustrasi bagaimana burung itu berusaha untuk mendapatkan air dalam bejana untuk ia bisa minum. Burung Gagak (katakanlah jika jenis burung ini adalah Gagak) melakukan usaha dengan meletakkan batu-batu kecil dengan paruhnya ke dalam bejana dengan harapan lama kelamaan batu-batu yang ditumpuk itu membuat air yang berada di seperempat bawah bejana akan terangkat keatas dan terjangkau oleh paruhnya untuk kemudian diminum. Lama kah pekerjaan ini? Dan berapa banyak batu yang harus dikumpulkan agar air ke atas? Kerja kayak begini pasti lama, apalagi mengumpulkan batu-batunya yang belum tentu ada disekitar situ. Capek dehh!. Bandingkan jika burung Gagak tersebut melakukan usaha seperti gambar di sebelah kanannya. Ia menggunakan alat sedotan (pipet) yang panjang untuk menjangkau air untuk dapat meminumnya. Cerdas bukan!. Dengan menggunakan alat yang tepat dan usaha yang minimal tidak perlu bersusah payah, maka dengan waktu yang singkat burung tersebut dapat merasakan nikmatnya air dan mengobati kehausannya. Jadi apa itu kerja keras dan apa itu kerja cerdas? Sudah tahu ‘kan sekarang.
Per definisi kerja keras adalah bekerja dengan waktu yang cukup lama dan menggunakan energi sebesar mungkin. Untuk dapat mendapatkan energi yang besar berarti kita harus fokus dan fokus memang membutuhkan energi yang besar. Sedangkan definis kerja cerdas adalah bagaimana kita bekerja se-efesien mungkin dengan hasil yang lebih besar untuk usaha yang sama. Atau hasil yang sama dengan usaha yang lebih sedikit. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menggunakan leverage atau alat (tools) bantu atau alat ungkit. Seperti ilustrasi diatas burung Gagak menggunakan sedotan (sebagai alat bantunya) bukan dengan meletakkan batu-batu kecil untuk mendapatkan air dalam bejana. Walaupun batu itu juga termasuk alat bantu tapi tidak tepat.
Sekarang ini banyak para motivator mengatakan ‘Kerja cerdas lebih baik daripada kerja keras’ atau ‘tak perlu kerja keras lebih penting kerja cerdas’. Apakah betul demikian? Sebagian orang berpendapat betul adanya tetapi ada juga yang berpendapat tidak sepenuhnya benar. Terus terang jaman sekarang banyak teman-teman di luar sana sudah mengerti betul apa itu kerja keras dan apa itu kerja cerdas. Mereka melakukan hanya kerja cerdas saja karena memang diminati dan hasilnya luar biasa cepat. Instant! Tetapi kerja cerdas ditenggarai hampir sama dengan atau beda-beda tipis dengan licik. Kenapa? Karena saking ingin kerja cerdasnya dia menggunakan faktor pengungkitnya adalah temannya sendiri dan tanpa sadar temannya telah dimanfaatkan untuk dapat bekerja untuknya. Ini adalah cerdasnya! Tapi itu ngak apa-apa apabila teman kita tidak menyadarinya he..he..he.. Toh, dalam ilmu Management bukankah ada ajaran yang menyatakan bahwa sebagai Leader yang baik adalah dapat me-leverage pekerjaan kepada orang yang cocok dan mempunyai kompetensi yang sesuai. Kebetulan saja orang itu teman kita. Apakah kerja cerdas saja cukup? Menurut hemat saya secara pribadi kerja keras adalah lebih mulia ketimbang kerja cerdas, kenapa? Karena biasanya orang bekerja keras itu orang yang pantang menyerah dengan mengorbankan tenaga dan waktunya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Memang hasilnya tidak bisa instant tetapi umumnya akan bertahan lama dan dihargai orang karena usahanya. Adapun kerja cerdas menurut saya dapat dipelajari dengan mudah jika anda mempunyai ilmunya. Apa itu ilmunya? Ilmunya adalah banyak bertanya kepada orang yang ahli dan sudah berpengalaman (subject matter expert) dan gunakan prinsip SMART dalam menentukan target kerja. SMART adalah Specific (harus spesipik targetnya), Measurable (dapat diukur), Action (harus bertindak jangan NATO – no action talk only), Realistic (harus realistic dengan sumber daya yan ada) dan Time (tetapkah waktunya dengan jelas kapan). Selanjutnya adalah gunakan alat-alat dalam bekerja, apa itu? alat untuk bekerja cerdas sebagai Marketing adalah alat sales monitoring dan alat ukur lainnya yaitu PTP dan pipeline. Pastikan juga anda paham memakainya.
Suatu ketika teman baik saya yang tinggal di Paris dan sudah tinggal empat tahun di sana datang kembali ke Indonesia dan minggu lalu saya bertandang ke rumahnya dan mendengarkan cerita-cerita teman saya saat di Paris itu, mulai dari tempat tinggalnya, tempat rekreasinya, kendaraannya, alamnya, udaranya, orang-orang pekerjanya, gedung tempat kerjanya, menara Eifelnya, makanan dan minumannya, kesukaan orang Perancis bahkan french kiss-nya, dan ajaibnya hanya dalam dua jam saya tahu segalanya tentang Paris dari teman saya yang sudah empat tahun tinggal disana itu. Jadi saya tidak perlu repot-repot ke Paris untuk tahu tentang Paris cukup bertanya saja kepada orang yang sudah tinggal di sana. Itu termasuk kerja cerdas bukan!. Mengerti ‘kan maksud saya? Kalau belum, artinya anda belum cerdas he..he..he.. bercanda kok.
Happy Selling !
Per definisi kerja keras adalah bekerja dengan waktu yang cukup lama dan menggunakan energi sebesar mungkin. Untuk dapat mendapatkan energi yang besar berarti kita harus fokus dan fokus memang membutuhkan energi yang besar. Sedangkan definis kerja cerdas adalah bagaimana kita bekerja se-efesien mungkin dengan hasil yang lebih besar untuk usaha yang sama. Atau hasil yang sama dengan usaha yang lebih sedikit. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menggunakan leverage atau alat (tools) bantu atau alat ungkit. Seperti ilustrasi diatas burung Gagak menggunakan sedotan (sebagai alat bantunya) bukan dengan meletakkan batu-batu kecil untuk mendapatkan air dalam bejana. Walaupun batu itu juga termasuk alat bantu tapi tidak tepat.
Sekarang ini banyak para motivator mengatakan ‘Kerja cerdas lebih baik daripada kerja keras’ atau ‘tak perlu kerja keras lebih penting kerja cerdas’. Apakah betul demikian? Sebagian orang berpendapat betul adanya tetapi ada juga yang berpendapat tidak sepenuhnya benar. Terus terang jaman sekarang banyak teman-teman di luar sana sudah mengerti betul apa itu kerja keras dan apa itu kerja cerdas. Mereka melakukan hanya kerja cerdas saja karena memang diminati dan hasilnya luar biasa cepat. Instant! Tetapi kerja cerdas ditenggarai hampir sama dengan atau beda-beda tipis dengan licik. Kenapa? Karena saking ingin kerja cerdasnya dia menggunakan faktor pengungkitnya adalah temannya sendiri dan tanpa sadar temannya telah dimanfaatkan untuk dapat bekerja untuknya. Ini adalah cerdasnya! Tapi itu ngak apa-apa apabila teman kita tidak menyadarinya he..he..he.. Toh, dalam ilmu Management bukankah ada ajaran yang menyatakan bahwa sebagai Leader yang baik adalah dapat me-leverage pekerjaan kepada orang yang cocok dan mempunyai kompetensi yang sesuai. Kebetulan saja orang itu teman kita. Apakah kerja cerdas saja cukup? Menurut hemat saya secara pribadi kerja keras adalah lebih mulia ketimbang kerja cerdas, kenapa? Karena biasanya orang bekerja keras itu orang yang pantang menyerah dengan mengorbankan tenaga dan waktunya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Memang hasilnya tidak bisa instant tetapi umumnya akan bertahan lama dan dihargai orang karena usahanya. Adapun kerja cerdas menurut saya dapat dipelajari dengan mudah jika anda mempunyai ilmunya. Apa itu ilmunya? Ilmunya adalah banyak bertanya kepada orang yang ahli dan sudah berpengalaman (subject matter expert) dan gunakan prinsip SMART dalam menentukan target kerja. SMART adalah Specific (harus spesipik targetnya), Measurable (dapat diukur), Action (harus bertindak jangan NATO – no action talk only), Realistic (harus realistic dengan sumber daya yan ada) dan Time (tetapkah waktunya dengan jelas kapan). Selanjutnya adalah gunakan alat-alat dalam bekerja, apa itu? alat untuk bekerja cerdas sebagai Marketing adalah alat sales monitoring dan alat ukur lainnya yaitu PTP dan pipeline. Pastikan juga anda paham memakainya.
Suatu ketika teman baik saya yang tinggal di Paris dan sudah tinggal empat tahun di sana datang kembali ke Indonesia dan minggu lalu saya bertandang ke rumahnya dan mendengarkan cerita-cerita teman saya saat di Paris itu, mulai dari tempat tinggalnya, tempat rekreasinya, kendaraannya, alamnya, udaranya, orang-orang pekerjanya, gedung tempat kerjanya, menara Eifelnya, makanan dan minumannya, kesukaan orang Perancis bahkan french kiss-nya, dan ajaibnya hanya dalam dua jam saya tahu segalanya tentang Paris dari teman saya yang sudah empat tahun tinggal disana itu. Jadi saya tidak perlu repot-repot ke Paris untuk tahu tentang Paris cukup bertanya saja kepada orang yang sudah tinggal di sana. Itu termasuk kerja cerdas bukan!. Mengerti ‘kan maksud saya? Kalau belum, artinya anda belum cerdas he..he..he.. bercanda kok.
Happy Selling !