Rabu, 04 Februari 2015

Stop! me-label orang lain

LABELLING !
 

"Pak Deny memang orangnya ambisius banget apa-apa selalu ngotot, mending ada dasarnya!", "Kalau pak Budi orangnya terlalu sabar jadi ngak bisa ambil keputusan cepat ngak cocok tuh jadi pemimpin", "Lain lagi dengan Dewi maunya senang-senang saja ngak mau kerja! Mana bajunya bling bling terus lagi.. bikin sakit mata", "Nah, kalo si Lona orangnya hati-hati seperti bibi titi teliti! masalah kecil gitu aja dikoreksinya satu persat, jadi susah kita!," begitulah sering kali kita memberikan cap atau me-label teman-teman disekitar kita.

Apakah kita pernah melakukan seperti diatas? Selama ini, jujur saja saya juga suka me-label atau men-cap orang lain atau bahkan keluarga kita sendiri dan apakah ini suatu tindakan yang betul? Menurut teman saya yang ahli Psikologi: "Kamu tahu ngak? Labelling atau melabel anak atau istri adalah salah satu KDRT loh! Karena dengan melabel orang dan itu diutarakan kepada yang bersangkutan dampaknya bisa jadi membekas dan bisa-bisa mereka (yang di label) tadinya tidak berperilaku begitu menjadi betulan jadi seperti apa yang dituduhkan," begitu kata ahli Psikologi teman saya. Wah-wah bisa gawat nih dan mulai saat itu saya tidak berani lagi me-label orang. Padahal orang lain mungkin juga me-label saya ha..ha..ngak apa-apa itu adalah hak orang lain.

Nah, kalau begitu bagaimana jika kita sudah terlanjur dilabel oleh orang lain dengan sebutan pemalas, pemarah, keras kepala atau bahkan bodoh! Jika kita dicap seperti itu, yang perlu kita lakukan pertama kali adalah introspeksi diri. Bisa jadi perilaku kita memang sudah "tidak dapat ditoleransi" oleh orang lain sehingga label tersebut muncul. Bila memang itu adalah kelemahan kita maka kita harus memperbaiki diri. Bila itu bukan perilaku kita, yang mungkin dihembuskan oleh orang-orang yang kurang suka dengan kita, maka tidak perlu kita membalasnya dengan melabel mereka, tetapi buktikan bahwa kita tidak seperti yang disangkakan. Harus dari kita sendiri yang dapat memperbaikinya dan yang dapat membuktikannya. Fokus, kerja keras dan berikan hasil terbaik dan seterusnya. Harus dari diri kita sendiri yang buktikan, kerja keras dan kerja dan berikan hasil yang terbaik, jika anda seorang marketing maka buktikan bahwa nilai pencapaian anda A+ dan konsisten setiap bulan dapat minimal A. Lama kelamaan label negatif itu akan hilang!

Minggu lalu kami ikut training DISC di KPO Medan yaitu training tentang Perilaku seseorang. DISC dapat memberikan gambaran mengenai style (gaya) atau tipe perilaku seseorang sehingga kita dapat memprediksi kecenderungan perilakunya di masa yang akan datang, dengan demikian kita dapat mengantisipasi apa yang harus kita lakukan agar terjalin proses interaksi yang baik. DISC adalah menganalisa perilaku orang-orang NORMAL dengan cara mengukur ke- empat faktor penting,  yaitu: Dominant, Interactive, Supportive dan Careful (disingkat menjadi DISC). Manfaat dari DISC adalah memahami diri sendiri dan memahami orang lain. Dengan memahami diri sendiri kita dapat memaksimalkan kekuatan serta potensi yang ada pada kita dan kita dapat mampu merencanakan masa depan yang lebih baik. Sedangkan memahami orang lain kita akan mengelola dan men-develop orang lain sesuai dengan keunikan dan potensi masing-masing, kita juga dapat beradaptasi dan mampu mengembangkan hubungan interaksi dengan orang lain dengan lebih produktif, menyenangkan, harmonis dan berkualitas sehingga kerjasamanya menjadi berkelanjutan (sustainable). Kalau anda para RO/RM dan Team Leader ingin tahu apa itu DISC lebih detail dan mau tahu anda type- type apa? mintakan Pimpinan Cabang atau Area Manager melakukan DISC Assessment untuk anda.

Jika anda telah tahu type anda dan sudah mengerti type nasabah anda, niscaya anda akan lebih PD (Percaya Diri) untuk menjual lebih banyak produk Funding dan Lending Bank Mestika. Karena anda akan tahu bagaimana memperlakukan nasabah sehingga mereka suka sama kita..
 
 
Happy Selling !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar